TANGGUH DAN TANGGAP BENCANA. KITA JAGA ALAM, MAKA ALAM JAGA KITA.

INDONESIA

Negara dengan berbagai macam keberagaman, keindahan serta kekayaan alam dengan julukan Jamrud Khatulistiwa, yang terbentang pada garis lintang 6° LU (Lintang Utara) - 11° LS (Lintang Selatan) dan garis bujur 95° BT (Bujur Timur) – 141° BT (Bujur Timur). Negara kepulauan dengan gunung-gunung menjulang tinggi dan hamparan laut nan eksotis mewarnai bentang alam Indonesia tercinta. Di balik letak Indonesia yang strategis dan takjubnya pesona alam yang terhampar, Indonesia memiliki banyak persebaran sesar aktif karna letaknya yang dilalui 3 lempeng tektonik besar yaitu Lempeng  Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Indo-Australia. Itulah mengapa Indonesia sering di landa bencana gempa bumi. Efek atau kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi beragam mulai dari kerusakan bangunan, tanah longsor sampai tsunami. Belum lagi musibah bencana lainnya seperti banjir, gunung meletus, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dan cuaca ekstrim lainnya.

Dari potensi-potensi bencana yang dapat terjadi di tanah air, tentunya kita bisa mengevaluasi dari bencana sebelumnya dan bersikap sigap terhadap potensi bencana yang dapat terjadi kedepannya karena seperti bencana gempa dan tsunami merupakan peristiwa alam yang berulang tetapi tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.





Lirik salah satu lagu ciptaan Ismail Marzuki, yaitu Ibu Pertiwi sebagai berikut:
  “Hutan, gunung, sawah, lautan,
    Simpanan kekayaan
    Kini Ibu sedang susah
    Merintih dan berdoa”


Sebagai bangsa yang besar, untuk melindungi kekayaan pertiwi dan semua masyarakat dari ancaman bencana, sudah saatnya kita menerapkan budaya sadar bencana mulai dari diri sendiri, keluarga, kelompok komunitas, hingga seluruh komponen masyarakat Indonesia.  Masyarakat harus tangguh dalam penanggulangan bencana alam dengan kenali ancamannya, siapkan strategi dan siap untuk selamat. Peran aktif dan kontribusi semua pihak untuk tangguh terhadap bencana perlu digalakkan untuk meningkatkan mitigasi, sosialisasi dan pembekalan kepada masyarakat yang kurang sadar akan bahaya bencana alam yang mengintai kapan saja.

Bencana di Bumi Pertiwi


Korban Bencana Gempa Lombok. Sumber: Tempo.co
Korban Bencana Gempa Lombok. Sumber: Tempo.co

Gempa Bumi. Indonesia berada di wilayah seismik aktif dimana tersebar sebanyak 290 sesar aktif pada 16 zona megathrust. Itulah mengapa gempa sering terjadi di negri tercinta. Skala kekuatan gempa beragam, dimana gempa besar di atas 7 Skala Richter perlu diwaspadai karena dapat memicu terjadinya tsunami.

Tsunami. Tsunami adalah peristiwa naiknya gelombang air laut ke daratan. Tsunami bisa diakibatkan karena gempa besar, batu meteor yang menghantam laut atau gunung berapi meletus. Seperti pada peristiwa tsunami Selat Sunda pada Desember 2018 yang melululantahkan Banten dan Lampung dikarenakan letusan Gunung Anak Krakatau. Tidak sedikit saudara kita yang menjadi korban akibat peristiwa tersebut, yaitu 400 jiwa lebih korban meninggal.

Banjir. Setiap tahunnya ketika musim penghujan datang, banyak wilayah Indonesia yang mengalami banjir sedang maupun besar, karna dataran wilayah lebih rendah atau diakibatkan karna jebolnya tanggul. Bencana banjir tidak ubahnya menjadi bencana rutin tahunan di Indonesia. Pada masa kemarau panjang pun, tidak sedikit wilayah Indonesia mengalami kekeringan hingga masyarakat sangat susah mendapatkan akses air bersih sehingga kualitas kesehatan masyarakat menurun.



Gunung Meletus. Indonesia berada pada lintasan Ring of Fire atau Cincin Api, dimana terdapat rangkaian gunung api aktif di sepanjang zona subduksi. Berdasarkan data BNPB, di Indonesia sendiri terdapat 127 gunung api aktif. Pada tahun 2019 tercatat beberapa gunung berapi statusnya meningkat dan terjadi letusan seperti Gunung Sinabung, Bromo, dan Gunung Tangkuban Perahu.

Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Lahan gambut tersebar luas di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jambi, Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan dan Riau. Kebakaran hutan terjadi selain dikarenakan fator cuaca yang terlalu panas, juga karna ulah oknum tidak bertanggungjawab yang sengaja membuka lahan dengan membakar hutan untuk bercocok tanam. Hal demikian tidak dibenarkan mengingat lahan gambut yang mudah terbakar dan menyulut persebaran api lebih luas.



Mengapa perlu waspada dan siaga?

Kesiapsiagaan dan tangguh terhadap penanggulangan bencana perlu ditanamkan sedini mungkin mengingat letak dan kondisi Indonesia dengan segala kerawanannya akan bencana alam. Memang ketidakpastian masa mendatang terhadap potensi terjadinya bencana tidak bisa dipastikan dan tidak bisa pula dihindari, tetapi sebagai bangsa yang besar dan cerdas, resiko terhadap ketidakpastian itu bisa diminimalisir dan dikurangi dampak serta akibat yang akan ditimbulkan. Mari kita bercengkrama, mari kita bergandeng tangan, semua lapisan masyarakat harus dikerahkan untuk sadar pentingnya penanggulagan bencana alam.

Mitigasi Terpadu

a.    Kenali Ancamannya
Alam dengan gerak perputarannya menghadirkan gejolak dengan segala tenaga dan potensinya. Ancaman dari potensi yang ditimbulkan dari masing-masing bencana sudah pasti membahayakan. Ancaman gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dll, mengintai semua pihak. Pada daerah dengan ancaman yang paling besar seperti daerah pantai,lereng gunung, lereng yang rawan longsor atau langganan banjir besar harus siapkan strategi yang tepat. Planning dengan segera tanpa harus menunggu tanda-tanda lebih dulu baru bertindak. Belajarlah dari catatan bencana sebelumnya.

b.    Kenali Bahayanya
Setelah mengenali ancaman dari masing-masing bencana, tentu ancaman tidak terlepas dari bahaya yang mengikuti. Observasi bahaya mulai dari lingkungan sekitar, seperti lingkungan rumah tempat tinggal, tempat kerja sampai lingkungan sekolah, terlebih untuk mengedukasi anak. Identifikasi potensi bahaya mulai dari kondisi bangunan, rencana evakuasi, akses jalur evakuasi,  alternatif lain sebagai upaya-upaya untuk selamat jika dalam keadaan yang sulit sekalipun.

Papan Informasi Rawan Bencana
Papan Informasi Rawan Bencana

c.    Kurangi resikonya
Selalu siaga hadapi bencana, mitigasi dan tanggap evakuasi dengan menyiapkan jalur khusus evakuasi. Pasang papan petunjuk arah evakuasi dan titik kumpul serta papan informasi pada daerah berbahaya atau pada daerah potensial menjadi akses masyarakat. Daerah rawan bibir pantai, mitigasi bisa berupa penanaman hutan laut dengan jenis tanaman cemara laut, pohon pule dan pohon kelapa. Dalam melakukan pembangunan perhatikan rencana kekuatan konstruksi dan daerah pembangunan. Memikirkan planning evakuasi jika ada anggota keluarga sudah lanjut usia. Pembangunan Shelter atau tempat evakuasi sementara ketika terjadi tsunami dan pengadaan simulasi terjadinya gempa dan tsunami serta bencana lainnya sebagai pembekalan dan edukasi dalam menyatukan pemahaman masyarakat untuk tangguh dan tanggap terhadap penanggulangan bencana.

d.    Memelihara alam, berdamai dengan alam
Kenali bumi kita, bersahabatlah maka langkah mitigasi yang tepat dapat kita lakukan. Selalu memelihara bumi dengan jangan merusak dan melakukan pencemaran lingkungan lainnya. Kita jaga alam, alam jaga kita...

Selalu Siaga dengan Tas Siaga Bencana


Untuk melengkapi kesiapsiagaan dan tanggap becana, dalam keadaan darutat kita pastikan ada bekal yang memadai untuk hidup ketika meninggalkan rumah untuk mengungsi. Keluarga menjadi pendidik pertama dan utama agar menyiapkan Tas Siaga Bencana. Tas khusus yang penting dan berguna yang sudah di setting dan sudah dipersiapkan untuk bekal dalam keadaan genting.  Siapkan Tas Siaga Bencana di tempat yang mudah dijangkau saat keadaan darurat. Lalu apa isi dari Tas Siaga Bencana? Berikut kelengkapan yang harus dipastikan ada di dalam Tas Siaga Bencana.


Tas Siaga Bencana
Tas Siaga Bencana




Nah budaya sadar bencana wajib digalakkan untuk semua elemen masyarakat. Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana merupakan upaya yang solid untuk memperkokoh kebhinekaan dan menjaga kekayaan negri tercinta, INDONESIA.

Semua Siap Selamat!




Post a Comment

0 Comments