Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI

Deskripsi Materi
Definisi Postur Kerja
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa efektivitas dari suatu pekerjaan Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan baik. Akan tetapi, bila postur kerja operator tersebut salah atau tidak ergonomis maka operator tersebut akan mudah kelelahan dan terjadinya kelainan pada bentuk tulang operator tersebut. Apabila operator mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator terebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

 Baca juga :  ANALISA PASAR | Menciptakan NIlai Pelanggan
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera muscoluskeletal. Kenyamanan tercipta bila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan anan. Menurut (Nugraha, 2013) yang dikutip dari Tayyari (1997), postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja yang meliputi:
1.      Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan
2.      Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
3.      Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh.
4.      Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the mediun plane).
5.      Rotution adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan
6.      Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh.
7.      Supinution adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh

Menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Grieve dan Pheasant (1982), postur adalah orientasi rata-rata dari anggota tubuh. Pustur tubuh ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda lainnya yang digunakan pada saat bekerja. Pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan lahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengeruhi oleh luas dasar penyangga atau lantai dan tinggi dari titik gaya berat. Untuk mempertahankan postur tubuh tertentu, seseorang harus melakukan usaha melawan gaya yang berasal dari luar tubuh yaitu dengan mengkontraksikan otot. Gaya tersebut berupa gaya gravitasi bumi dan gaya dari obyek yang diangkat Untuk mencapai keadaan yang seimbang, dalam hal ini akan terjadi interaksi antara gaya beban dan gaya yang berasal dari otot. Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan stres pada bagian tubuh tertentu, yang disebut dengan postural stress.



Baca juga: KONSEP SUPPLY CHAIN

Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak teriadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon dan tulang sehingga keadaan inenjadi reluks dan tidak menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders serta sistem tubuh yang lain. Menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Baird dan Bridger (1995), postur normal pada saat bekerja, yaitu:
1.      Pada Tangan dan Pergelangan Tangan
Sikap atau postur normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami fleksi ekstensi.
2.      Pada Leher
Sikap atau posisi normal leher lurus dan tidak miring/memutar ke samping kin atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical.
3.      Pada Bahu
Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional.
4.      Pada Punggung
Sikap aiau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toruks adalah kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°.

Baca juga :
PERKEMBANGAN DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI || Materi Teknik Industri

Sedangkan, menurut (Merulla, 2010) yang dikutip dari Humantech (1995), sikap kerja tidak alamiah atau postur janggal adalah deviasi atau pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan cidera pada sistem muskuloskeletal Berikut ini adalah postur janggal pada saat bekerja yaitu: 
1.      Pada Tangan atau Pergelangan Tangan
a.       Jari menjepit, adalah posisi jari ketika menjepit objek dengan beban >0.9 kg.
b.      Jari menggenggam, adalah posisi jari ketika menggenggan objek dengan beban > 45 kg.
c.       Deviasi radiul, adalah postur tangan yang miring ke arah ibu jari. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit.
d.      Jari menekan, adalah penggunaan tekanan satu jari atau lebih terhadap permukaan suatu objek. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit.
e.       Fleksi pergelangan tangan > 45°, adalah posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah telapak tangan, diukur dari sudut yang dibentuk oleh lengan bawah dan sumbu tangan sebesaar > 45°. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 30 kali per menit.
f.       Ekstensi pergelangan tangan > 45°, adalah posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah punggung tangan, diukur dan sudut yang dibentuk oleh lengan bawah dan sumbu tangan sebesar > 45°. Postus janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 deuk, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak > 30 kali per menit.
g.      Deviasi ulnur, adalah postur tangan yang miring ke arah jari kelingking Postur janggal ini diperhatikan dalam waktu 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 230 kali per menit.
2.      Pada Siku
a.       Rotasi lengan, adalah gerakan yang terjadi pada persendian lengan dan siku. Durasi untuk posisi janggal pada siku belum ada standanya.
b.      Ekstensi penuh, adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu lengan alas dan sumbu lengan bawah > 135o. Durasi untuk posisi janggal pada siku belum ada standarnya. Frekuensi postur janggal tersebut dilakukan secara berulang >= 2 kali per menit.
3.      Pada Bahu
Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan juga dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat penopang otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang kanan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan sebanyak >=2 kali per menit.
4.      Pada leher
a.       Menunduk, yaitu ke arah depan sehingga sudut yang dibentuk oleh garis vertical dengan sumbu ruas tulang leher > 20°. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu > 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >=2 kali per menit.
b.      Rotasi, yaitu setiap gerakan dari leher yang memutar baik ke kanan maupun ke kiri tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini dipertanankan dalam waktı >= 10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit.
c.       Miring, yaitu setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan maupun ke kiri, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu dan quas tulang leher. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >=10 detik, dan dilakukan secara berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit.
d.      Menengadah, yaitu setiap postur dari leher yang mendongak ke atas, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk oleh gans vertikal dengan sumbu dari ruas tulang lahat Posiur jareal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan scara berulang-ulang sebanyak >= 2 kali per menit.
5.      Pada Punggung
a.       Membungkuk, adalah posisi badan ke arah depan sehinga antara sumbu bukti bagian atas akan membentuk sudut >= 20° dengan garis venuhal Postur janggal ini dapat dipertahankan dalam waktu 10 detik dan dilakukan selama >= 2 kali per menit.
b.      Miring adalah penyimpangan tubuh dan garis vertikal, tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >= 2 kali per menit.
c.       Rotasi badan, adalah setiap gerakan dari badan yang memutar, baik ke kanan maupun ke kini, tanpa melihat besarnya derajat rotasi yang dilakukan. Postur janggal ini dipertahankan dalam waktu >= 10 detik, dan dilakukan sebanyak >= 2 kali per menit

Pengukuran Aktivitas Manual Handling
Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)  mengidentifikasi adanya masalah back injuries yang dipublikasikan dalam The Work Practices Guide for Manual Lifting (Henry, et al, 1993). Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi pada punyoung manusia. Salah satu metode NIOSH adalah Recommended Weight Linnil (RWL). Metode RWL ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Ainerika Serikat. Metode RWL adalah mociode yang merekomendasikan batas beban yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalain jangka waktu yang lama. Input metode RWL adalah jarak beban terhadap manusia, jarak perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk). Menurut (Waters, et al, 1994) menyatakan bahwa persamaan NIOSH berlaku pada keadaan sebayai berikut, yaitu:
1.      Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2.      Beban diangkat dengan kedua tangan.
3.      Penyangkatan atau penurunan benda dilakukan daiam waktu maksimal 8 jam.
4.      Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau berlutut.
5.      Tempat kerja tidak sempit.

Baca juga:
MENGELOLA INFORMASI PEMASARAN | Analisa Pasar

Menurut (Waters, et al, 1993) bahwa persamaan untuk menentukan beban vang direkomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sebayai berikut, yakni:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
IC        :(Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
HM      : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H
VM      :(Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 - 0,003 V - 753
  VM untuk orang Indonesia = 1 - 0,00326  V - 690
DM      :(Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
AM      :(Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 -0,0032 (º)
FM      :(Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi.
CM      :(Coupling Multiplier) faktor pengali kupling (handle).

Catatan:
H         =Jarak horizontal posisi langan yang memegang beban dengan titik pusat
   tubuh.
V         =Jarak vertikal parsisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D         =Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai
   tujuan
A          =Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
Berikut ini merupakan tabel faktor pengali frekuensi, yaitu:
 tabel faktor pengali frekuensi

Berikut ini merupakan tabel faktor pengali kopling, yaitu:
faktor pengali kopling

Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu kondisi awal pengangkatan (origin) dan kondisi akhir pengangkatan (destination). Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL yang paling kecil. Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cedera tulang belakang, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut, yaitu:
LI= ----------------
Adapun kriteria yang digunakan dalam metode RWL, yakni jika LI >l, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Sebaliknya, jika LI< 1, aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.

Pengukuran Postur Kerja
(Nina, 2013) menyatakan bahwa Metode Rupid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode yang memaparkan analisis postur kerja bagian tubuh atas pekerja.
Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney merupakan ergonom dari Universitas di Nottingham (University of Nollinghann's Institute Of Occuptional Ergonomic). Metode ini digunakan untuk mengambil nilai postur kerja dengan cara mangambil sampel postur dari satu siklus kerja yang dianggap mempunyai resiko berbahaya bagi kesehatan pekerja. Lalu, diadakan penilaian/scoring. Setelah didapat hasil dari penilaian tersebut, kita dapat mengetahui postur pekerja tersebut telah sesuai dengan prinsip ergonomi atau belum. Jika belum, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan. Metode ini menggunakan diagrum body postures dan tiga tabel penilaian (tabel A, B, dan C) yang disediakan untuk mengevaluasi postur kerja yang berbahaya dalam siklus pekerjaan tersebut. Melalui metode ini akan didapatkan nilai batasan maksimum dan berbagai postur pekerja, nilai batasan tersebut berkisar antara nilai 1-7. Adapun tujuan dari metode RULA, yakni:
1.      Menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan.
2.      Mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan dengan posiur tubuh saat kerja.
3.      Memberikan hasil yang dapat dimasukkan dalam penilaian ergonomi yang luas.
4.      Mendokumentasikan postur tubuh saat kerja, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Tubuh dibagi menjadi dua grup yaitu A (lengan atas dan bawah dan pergelangan tangan) dan B (leher, tulang belakang, dan kaki).
b.      Jarak pergerakan dari setiap bagian tubuh diberi nomor.
c.       Scoring dilakukan terhadap kedua sisi tubuh, kanan dan kiri.
Sedangkan, Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) merupakan salah satu metode yang bisa digunakan dalam analisa postur kerja. Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham's Institute of Occuptuional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu, metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja Salah satu hal yang membedakan metode REBA dengan metode analisa lainnya adalah dalam metode ini yang menjadi fokus analisis adalah seluruh bagian tubuh pekerja
Melalui fokus terhadap keseluruhan postur tubuh ini, diharapkan bisa mengurangi potensi terjadinya musculoskeletal disorders pada tubuh perkerja. Dalam metode REBA ini, analisis terhadap keseluruhan postur tubuh pekerja dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama aiau group A terdiri dari bagian neck, trunk, dan legs. Sedangkan, bagian kedua atau group B terdiri dari upper arms, lower arms, dan wrist. Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.      Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.
2.      Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini dimulai dengan menganalisis posisi nech, trunk, dan legs dengan memberikan score pada masing-masing komponen.
3.      Kemudian, ketiga komponen tersebut dikombinasikan ke dalam sebuah tabel untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian pertama atau score A dan ditambah dengan score untuk force atau loud. Selanjutnya, dilakukan scoring pada bagian upper urin, lower arm. dan wrist. Kemudian, ketiga komponen tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau score B dan ditambah dengan coupling score. Setelah diperoleh grund score A dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui tabel kombinasi akhir ini kemudian ditaınbahkan dengan activity score akan didapat nilai akhir yang akan inenggambarkan hasil analisis postur kerja.
4.      Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan memberikan panduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan.
Menurut (Nur, 2009) yang dikutip dari Mc Atamney (2000), penilaian menggunakan REBA tidak inembutuhkan waktu yang lama dalam melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktifitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan oleh postur kerja operator. Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktifitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktifitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini, dengan cara memberikan skor resiko antar satu sampai lima belas dimana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berati bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang teliti bebas dari ergonomic huzurd REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan segera mungkin. (Thyadia, 2012) menyatakan bahwa ergonomic huzard adalah gangguan kesehatan pada pekerja akibat ketidaksesusaian pekerjaan dengan pekerja.
 
Latihan soal
ALAT DAN BAHAN
Dalam melakukan praktikum tentang postur kerja, digunakan alat dan bahan sebagai berikut ini, yaiiu:
1. Foto Manusia Yang Melakukan Aktivitas Kerja..
2. Alat Perekam / Kamera.
3. Perlengkapan Alat Tulis.
4. Lembar Data.
5. Lembar Kerja.

PROSEDUR PRAKTIKUM
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan penilaian postur tubuh pada manusia yang melakukan aktivitas kerja, yaitu:
1.      Lakukan observasi pada aktivtas kerja yang terkait dengan ilmu analisa perancangan kerja atau ergonomi yang terdapat pada bidang Teknik Industri.
2.      Lakukan dua kali pengambilan gambar manusia yang sedang melakukan aktivitas kerja
3.      dengan gerakan yang berbeda menggunakan bantuan video atau foto dari penggunaan alal perekam atau kamera.
4.      Amati bentuk postur tubuh tersebut dan masukkan skor penilaian pada lembar data pengamatan dengan menggunakan perlengkapan alat tulis.
5.      Berikan analisa dari penggunaan postur kerja tersebut apakah sudah memenuhi pnnsip ergonomi atau belum pada lembar kerja. Jika belum ergonomi, maka bagaimana perbaikan yang harus dilakukan berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan.



DATA DAN ANALISA
Metode RWL
a.    Posisi Pengangkatan 1 
Metode RWL

Dari gambar diatas tampak bahwa cara pengangkatan yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikan sedang membungkuk untuk memegang 2 buah barang dengan 2 tangan. Setelah itu praktikan akan mengangkat kedua barang tersebut dan dibawa ke samping kiri dan kanan.
Perhitungan RWL dan Lifting Index Posisi Pengangkatan 1
Berat Benda
Hand Location (cm)
Vertical Distance
Asymmetric Angle (º)
Frequency Rate
Duration
Object Coupling
(kg)
Awal
Akhir
(cm)
Awal
Akhir
Lifts/min
L
H
V
H
V
D
A
A
F

C
5
48
42
0
74
32
0
0
3
<1 span="">
Good




RWL Awal = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
 = 23 x 0.52 x0.906 x 0.967 x 1 x0.88  x 1
 = 9.22
RWL akhir = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
 = 23 x 1  x 0.99  x 0.967 x 1 x 0.88  x  1
 = 19.376
LI  awal      = 5 / 9.22         = 0.54
LI akhir      = 5 / 19.376     = 0.25
Kesimpulan:
Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan LI awal maupun LI akhir kurang dari 1, yang artinya aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beban yang tidak terlalu berat yaitu sebesar masing-masing 5 kg dengan tangan kanan dan kiri.
b.    Posisi Pengangkatan 2
Metode RWL


Dari gambar diatas tampak bahwa cara pengangkatan yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikan mendekatkan tubuhnya dengan barang yang diangkat. Kemudian pengangkatan dilakukan dengan dua tangan.
Perhitungan RWL dan Lifting Index Posisi Pengangkatan 2
Berat Benda
Hand Location (cm)
Vertical Distance
Asymmetric Angle (º)
Frequency Rate
Duration
Object Coupling
(kg)
Awal
Akhir
(cm)
Awal
Akhir
Lifts/min
L
H
V
H
V
D
A
A
F

C
5
20
42
24
74
32
0
0
3
<1 span="">
Fair





RWL Awal = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
 = 23 x 1 x 0.906 x 0.967 x 1 x0.88  x 0.95
 = 16.85
RWL akhir = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
 = 23 x 1  x 0.99  x 0.967 x 1 x 0.88 x 0.95
 = 18.4
LI  awal      = 5 / 16,85       = 0.296
LI akhir      = 5 / 18.4         = 0.271
Kesimpulan:
Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan LI awal maupun LI akhir kurang dari 1, yang artinya aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beban yang tidak terlalu berat yaitu sebesar 5 kg dan diangkat menggunakan kedua tangan.
Metode RULA
Metode RULA


Berdasarkan gambar di atas, bahwa bagian  kanan dan kiri tubuh praktikan  pada  saat melakukan aktivitas dengan postur berdiri berada  pada posisi yang sama, sehingga perhitungan skor untuk postur tubuh cukup dilakukan satu kali saja.
a.       Postur tubuh grup A
-        Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) 
Lengan atas membentuk sudut 45º- 90º dengan skor = 3
-        Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)
Lengan bawah membentuk sudut  > 100º dengan skor = 2
-        Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist)
Pergelangan tangan membentuk sudut 0 - 15º dengan skor = 2        
-        Putaran pergelangan tangan (wrist twist)
Putaran pergelangan tangan berada di garis tengah dengan skor = 1

Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada tabel berikut:
Upper Arm
Lower Arm
Wrist
1
2
3
4
Wrist Twist
Wrist Twist
Wrist Twist
Wrist Twist
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
4
4
2
1
2
2
2
3
3
3
4
4
2
2
2
2
3
3
3
4
4
3
2
3
3
3
3
4
4
5
3
1
2
3
3
3
4
4
5
5
2
2
2
3
3
4
4
5
5
3
2
3
3
4
4
4
5
5
4
1
3
4
4
4
4
4
5
5
2
3
4
4
4
4
4
5
5
3
3
4
4
5
5
5
6
6
5
1
5
5
5
5
5
6
6
7
2
5
6
6
6
6
7
7
7
3
6
6
6
7
7
7
7
8
6
1
7
7
7
7
7
8
8
9
2
7
8
8
8
8
9
9
9
3
9
9
9
9
9
9
9
9




Skor postur tubuh grup A berdasarkan tabel di atas adalah 3
-        Skor aktivitas.
Aktivitas dilakukan berulang-ulang, lebih dari 4 kali/menit dengan skor 1
-        Skor beban.
Beban <2 0="" dengan="" kg="" skor="" span="">
Total skor untuk grup A adalah 3 + 1 =4
b.      Postur tubuh grup B
-        Postur tubuh bagian leher (neck)
Leher membentuk sudut > 200 dengan skor = 3
-        Postur tubuh bagian batang tubuh (trunk)
Batang tubuh membentuk sudut 0 - 200 dengan skor = 2
-        Postur tubuh bagian kaki (legs)
Kaki berada pada posisi normal/seimbang dengan skor = 1
Neck
Trunk
1
2
3
4
5
6
Legs
Legs
Legs
Legs
Legs
Legs
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
2
2
3
2
3
4
5
5
5
6
7
7
7
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
5
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
8
8
6
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
Skor postur tubuh grup B berdasarkan tabel di atas adalah 3
-        Skor aktivitas.
Aktivitas dilakukan berulang-ulang, lebih dari 4 kali/menit dengan skor 1
-        Skor beban.
Beban <2 0="" dengan="" kg="" skor="" span="">
Total skor untuk grup A adalah 3 + 1 =4

Skor akhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Skor Grup B
Skor Grup A
1
2
3
4
5
6
7+
1
1
2
3
3
4
5
5
2
2
2
3
4
4
5
5
3
3
3
3
4
4
5
6
4
3
3
3
4
5
6
6
5
4
4
4
5
6
7
7
6
4
4
5
6
6
7
7
7
5
5
6
6
7
7
7
8
5
5
6
7
7
7
7

Kesimpulan:
Skor akhir untuk kegaitan praktikan dengan postur berdiri berdasarkan tabel total skor diatas adalah 4. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari kegiatan praktikan tersebut berada pada kategori level resiko kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam beberapa waktu kedepan.
Metode REBA
Metode REBA

 

Berdasarkan gambar di atas, bahwa praktikan  pada  saat mengangkat barang dengan berat 9 kg.
a.       Posisi dari leher. Skor: 1 (Keterangan: Jika leher membentuk sudut 0° sampai 20°. Saat mengangkat beban posisi leher lurus).
b.      Posisi kaki. Skor: 1 (Keterangan: Paha dan kaki disangga dengan baik pada  saat duduk dan tuduh selalu dalam keadaan seimbang).
c.       Posisi badan. Skor: 1 (Keterangan :  Pekerja  dalam keadaan di sangga dengan baik oleh pinggul punggung yang membentuk sudut 90° atau lebih. Tidak ada nilai aktivitas tambahan karena postur tubuh dalam posisi dinamis dan aktivitas berulang < kali 4 per menit).
d.      Penilaian beban. Skor: 2 (Keterangan : Barang berupa air mineral dengan berat 10 Kg (intermittent)) .
e.       Pergelangan tangan. Skor : 1 (Keterangan :   Lengan atas membentuk sudut 5°.  Hal ini disebabkan Pengangkatan beban yang tidak terlalu besar ukurannya).
f.       Posisi lengan bawah. Skor: 1 (Keterangan :  Lengan bawah membentuk sudut 70°).
g.      Posisi lengan atas. Skor : 2 (Keterangan Lengan atas membentuk sudut 35°). Skor: -1 (Keterangan: Lengan atas bergeser ke depan sehingga memudahkan pengangkutan barang). Skor total: 1
h.      Penilaian genggaman. Skor: 3 (Keterangan: Dus air mineral tidak dapat di genggam).
Kesimpulan:
Hasil akhir yaitu berada pada kategori level 2, yang berarti pengangkatan barang di atas masuk dalam resiko sedang skor akhir menunjukkan nilai 4 yang berarti bahwa postur tubuh tersebut memerlukan tindakan perbaikan untuk jangka waku yang lama.





Post a Comment

0 Comments