VALUE ENGINEERING (VE), SEJARAH, PENGERTIAN, & TAHAPAN VALUE ENGINEERING (VE)


Sejarah Value Engineering

Value Engineering (VE) mulai dikembangkan pertama kali oleh Lawrence D. Mile pada Perang Dunia ke-2 sekitar tahun 1939-1945. Pada saat itu perusahaan General Electric yang tengah mempersiapkan perlengkapan persenjataan mengalami kesulitan karena meningkatnya kebutuhan persenjataan yang demikian pesat. Sebaliknya perusahaan mengalami kesulitan menghadapi kekurangan kebutuhan material material untuk memproduksi perlengkapan persenjataan tersebut, serta mengalami kekurangan terhadap kebutuhan tenaga kerja. untuk menghadapi kesulitan tersebut, Purchasing Engineering perusahaan General Electric bernama Lawrence Miles mengembangkan suatu alternatif solusi dan diaplikasikan pada bidang produktivitas untuk mencapai skedul yang diperlukan. Lawrence Miles menemukan cara dengan penggantian material yang dipergunakan ini, akan memberikan penampilan yang sama bahkan lebih baik, namun dengan biaya yang lebih rendah. “Pendekatan Fungsi” ini menjadi kunci keberhasilannya yang kemudian menjadi dasar Value Engineering & Analysis Techniques (Suriana, 2014).

Selama perkembangannya banyak pengetahuan dan inovasi yang dihasilkan oleh para praktisi membentuk asosiasi pembelajaran di Washington, DC dengan nama ‘Society of American Value Engineering (SAVE)’ (Priyanto, 2010). Dalam uraian singkat mengenai perkembangan Value Engineering (VE) yang dimuat dalam buku standar Society of American Value Engineering (SAVE) Internasional (2007), tersirat adanya filosofi Value Engineering (VE) yang memberikan kemudahan bagi upaya memahami konsep Value Engineering (VE). Filosofi Value Engineering (VE) tersebut adalah menyediakan cara pengolahan nilai (value) dan upaya peningkatan inovasi yang sistematik guna memberikan keunggulan daya saing bagi sebuah produk yang akan dirakit, karena produk- produk dibeli untuk apa yang dapat mereka lakukan (fungsi dari produk), baik melalui pekerjaan yang mereka dapat lakukan atau kualitas estetika yang mereka sediakan (Priyanto, 2010).

Pengertian Value Engineering

Berikut pendapat dari beberapa para ahli mengenai pengertian atau definisi Value Engineering (VE):

  1. Value Engineering (VE) adalah aplikasi metodologi nilai (value methodology) pada sebuah proyek atau layanan yang telah direncanakan atau dikonseptual untuk mencapai peningkatan nilai (value). Metodologi nilai adalah sebuah proses sistematis yang digunakan oleh disiplin untuk meningkatkan nilai (value) dari sebuah proyek melalui analisa terhadap fungsi-fungsinya (standar SAVE, 2007).
  2. Menurut Miles (1972) dalam Hendrianto, Sugiarto, & Setyawan (2018), Value Engineering (VE) adalah suatu sistem pemecahan masalah yang dilaksanakan menggunakan kumpulan teknik tertentu, ilmu pengetahuan, tim ahli, pendekatan yang kreatif dan terorganisir yang bertujuan untuk mendefinisikan dan menghilangkan biaya yang tidak diperlukan seperti biaya yang tidak memberikan konstruksi bagi mutu, kegunaan, umur, dan penampilan produk serta daya tarik konsumen.
  3. Rekayasa Nilai adalah suatu usaha kreatif dalam mencapai suatu tujuan dengan mengoptimalkan biaya dan kinerja dari suatu fasilitas atau sistem (Husen, 2010).
  4. Value Engineering (VE) adalah aplikasi metodologi nilai dalam proyek atau layanan yang dirancang atau konsep untuk mencapai nilai tambah (Berawi, 2014).


Berdasarkan uraian diatas mengenai pengertian atau definisi Value Engineering (VE) maka dapat diambil kesimpulan Value Engineering (VE) merupakan ilmu untuk menyelesaikan permasalahan yang mengarah pada nilai (value) dan dilakukan menggunakan pendekatan yang sistematis, dan kreatif guna untuk mengidentifikasikan dan mengefisiensikan biaya dan waktu yang dianggap tidak memberikan pengaruh yang signifikan, dan bertujuan untuk meminimalkan biaya dan waktu pelaksanaan tanpa mengurangi suatu mutu, fungsi, umur, dan penampilan produk.

Menurut Leuuw (2010), dalam praktek Value Engineering (VE), pemahaman yang kurang tepat mengenai rancangan Value Engineering (VE) banyak terjadi dikalangan praktisi industri konstruksi, seperti Value Engineering (VE) dianggap sebagai review desain, atau upaya pemotongan biaya (cost cutting), atau sebagai upaya standarisasi (Priyanto, 2010). Berikut tanggapan dari para ahli mengenai Value Engineering (VE)  (Priyanto, 2010):

  1. Value Engineering (VE) bukan apa yang selama ini dilakukan secara rutin oleh para perencana dan perancangan dengan reputasi yang bagus. Value Engineering (VE) bukan bagian dari proses pengembangan rencana. Upaya Value Engineering (VE) dilakukan lebih serius dibandingkan dengan sebuah upaya review proyek/desain.
  2. Pelaksanan Value Engineering (VE) tidak sama dengan review quality assurance (QA). Secara tradisional quality assurance (QA) akan menjawab pertanyaan seperti apakah desain telah memenuhi persyaratan peraturan?; akankah desain dapat bekerja?; dan apakah desian telah memenuhi standar peraktek pada umumnya?. Sementara Value Engineering (VE) akan menjawab pertanyaan tersebut: apakah ada yang lain yang akan mencapai fungsi yang sama dengan Life Cycle Cost (LCC) yang lebih rendah?; dan fungsi-fungsi apa yang tidak berhubungan dengan kinerja proyek?
  3. Rekayasa Nilai dalam pengertiannya tidak bermakna sebagai berikut (Kartohardjono, 2017):-    Desain ulang     Mencari-cari kesalahan dan melakukan perhitungan ulang yang perencana sudah dikerjakan.
    -    Mengurangi biaya proses     Melakukan pngurangan kualitas melalui pemotongan biaya.
    -    Kontrol kualitas   Melakukan pengontrolan terhadap mutu yang diusahakan selevel atau sama dengan yang direncanakan dimana biaya yang seminimal mungkin.

Metodologi Value Engineering

Metodologi untuk melakukan analisis Value Engineering (VE) berdasarkan Society of American Value Engineering (SAVE) 2007 dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: Pre-Workshop/Studi, Workshop/Studi (Job Plan), dan Post-Workshop/Studi.

      1.    Pre-Workshop/Studi

Pada tahap ini bertujuan untuk merencanakan dan mengatur Value Study. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap Pre-Workshop/Studi ini yaitu:
  • Memperoleh persetujuan dan bantuan dari manajemen senior yang berhubungan dengan job plan, peraturan-peraturan dan tanggungjawab.
  • Memperoleh dokumen kunci seperti lingkup pengertian pekerjaan, gambar, spesifikasi teknik, dan rencana anggaran biaya (RAB).
  • Mengembangkan jadwal penyelidikan.
  • Mengidentifikasi dan memprioritaskan strategi masalah yang sedang diteliti.
  • Mereview biaya proyek.
  • Mendapatkan komitmen dari anggota tim yang sudah dipilih  guna mencapai tujuan proyek.
  • Memastikan scope dan tujuan penyelidikan.
  • Mengembangkan scope dan tujuan penyelidikan.
  • Mendefinisikan secara jelas dengan manajer senior untuk persyaratan keberhasilan hasil Value Study.

      2.    Workshop/Studi (Job Plan)

Pada workshop/Studi (Job Plan) ini terdari dari 6 tahap yaitu tahap informasi, tahap analilsis fungsi, tahap kreatif, tahap evaluasi, tahap pengembangan, dan tahap presentasi.

      a.    Tahap Informasi

Tahap informasi, sebagai tahap permulaan dari rencana kerja Value Engineering (VE), dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mentabulasikan data-data yang berkaitan dengan item yang akan distudi. Informasi berupa data-data proyek secara umum maupun data-data tentang item pekerjaan sangat diperlukan. Dari data-data inilah tahapan-tahapan dalam rencana kerja Value Engineering (VE) dapat dilakukan.
Menurut standar Society of American Value Engineering (SAVE) 2007, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahapan informasi sebagai berikut:
  • Memperoleh data proyek berupa informasi dan dokumen kunci seperti scope definisi pekerjaan, gambar-gambar, laporan spesifikasi, informasi detail biaya proyek, data kualitas informasi pemasaran, flowcharts proses, dan lain-lain. Tool yang digunakan antara lain: Quality Function Deployment, Voice Of Customer.
  • Mengidentifkasi dan memprioritaskan pada masalah yang sedang diamati. Selanjutnya mendefinisikan scope dan sasaran studi. Tool yang dapat digunakan antara lain: SWOT (Strengths, Weakness, Oppotunities, and Theats), Project Charter.
  • Tim proyek mempresentasikan rancangan proses/ produk/ desian saat ini dan yang asli.
  • Menyelenggarakan analisis benchmarking yang kompetitif. Tools yang dapat digunakan adalah Benchmarking, Tera Down Analysis, Pareto Analysis, Design For Assembly.
  • Memastikan jadwal pelaksanaan meliputi: lokasi, waktu, dan tanggal.
  • Mendistribusikan informasi proyek kepada anggota tim Value Engineering (VE) untuk direview.
  • Mengetahui lingkup proyek, jadwal, biaya, risiko, kinerja non-noneter.
  • Mengkonfirmasi rancangan proyek yang baru.
  • Mengidentifikasi fungsi proyek pada level tinggi.
  • Mengunjungi lokasi dan fasilitas.


      b.    Tahap Analisis Fungsi

Setelah tahap pengumpulan informasi selanjutnya dilakukan analisis fungsi. Pada tahap analisis fungsi merupakan tahap penting dalam Value Engineering (VE) karena analisis fungsi ini yang membedakan Value Engineering (VE) dengan teknik penghematan biaya yang lainnya.

Menurut Berawi (2014), fase analisis fungsi adalah salah satu fase dari rencana kerja Value Engineering (VE) yang bertujuan untuk memahami proyek dari sudut pandang fungsi. Tujuan fase analisis fungsi adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang memiliki peluang bagi upaya peningkatan nilai. Dalam analisis fungsi perlu dilakukan beberapa aktivitas penting selama fase identifikasi dan analisis fungsi.

Menurut Arumsari & Tanachi (2018), fungsi merupakan elemen utama dalam analisis Value Engineering (VE). Tujuan Value Engineering (VE) adalah untuk mencapai fungsi-fungsi yang dibutuhkan dari suatu sistem dengan biaya yang efisiensi. Fungsi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
  • Fungsi dasar adalah alasan utama keberadaan sistem tertentu, dasar atau alasan keberadaan suatu produk dan memilki nilai guna.
  • Fungsi sekunder adalah fungsi yang tidak langsung digunakan untuk mengakomodasu kebutuhan dasar, namun diperlukan untuk mendukung kebutuhan dasar.

Bagian yang paling susah dalam tahapan analisis fungsi adalah mengasumsikan nilai kegunaan (worth) setiap subsistem atau elemen untuk membandingkannya dengan biaya yang diperkirakan. Menurut Miles (1961) dalam Listiono (2011), pada saat berfikir kreatif dari analisis fungsi akan timbul suatu pertanyaan-pertanyaan yang dapat digambarkan atau umum diaplikasikan sebagai berikut:
1.      Apa tujuan proyek itu?
2.      Apa fungsinya?
3.      Berapa biayanya?
4.      Berapa biaya minimalnya?
5.      Apakah ada alternatif dengan jenis pekerjaan yang sama?
6.      Apakah ada alternatif biaya?
Bila keadaan proyek termasuk dalam kategori proyek besar atau high rise building, pertanyaan-pertanyaan sederhana diatas akan terasa susah untuk menjawab dan membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab dengan benar dan tepat.

      c.    Tahap Kreatif

Pada tahap kreatif ini anggota tim Value Engineering (VE) dipacu untuk berfikir lebih dari yang biasanya dilakukan. Ide-ide terlintas baik dari hasil kerja pada tahap informasi ataupun pada pemikiran setiap anggota dan kelompok. Tahap kreatif tidak bisa dikerjakan sampai masalah benar-benar dipahami seutuhnya, tetapi bisa dikerjakan apabila fungsi yang diinginkan sudah ditentukan dan dievaluasi. Berfikir kreatif adalah suatu perkara yang penting dalam tahap ini, karena dengan perkara tersebut ide atau gagasan akan berkembang. Pada tahap ini tidak dilakukan analisa terhadap ide-ide yang dikeluarkan oleh setiap anggota tim sehingga semua ide akan ditampung untuk memenuhi fungsi dasar tanpa melihat pertimbangan lebih dahulu (Chandra S. , 2014).

Sebagai dasar penilaian/pertimbangan untuk dilakukan analisis Value Engineering (VE) dapat dipilih kriteria-kriteria dari item pekerjaan. Kriteria-kriteria tersebut nantinya sebagai bahan evaluasi untuk menentukan alternatif yang dipilih. Aktivitas yang biasanya dilakukan pada tahap kreatif ini adalah (SAVE, 2007):
  • Menggunakan teknik stimulasi ide yang dapat meningkatkan nilai. Tools yang digunakan: Brainstroming, Gordon Technique, Nominal Group Technique, TRIZ, Synetics.
  • Melakukan latihan pemanasan kreatif.
  • Mengembangkan ide alternatif, sehingga dapat meningkatkan value.
  • Memastikan peraturan-peraturan yang melindungi kerangka kreatif yang dikembangkan. Tools yang digunakan: CreativityGround Rules”.



      d.    Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahapan pengurangan kuantiti ide-ide dari tahap kreatif sebelumnya yang harus diidentifikasi untuk daftar pendek ide-ide dengan potensi yang besar untuk meningkatkan proyek. Ide-ide yang ingin dihasilkan pada tahap ini adalah ide-ide yang terkait dengan berbagai alternatif lain untuk menjalankan fungsi tertentu, fungsi yang berpotensi bagi peningkatan nilai proyek.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap evaluasi ini menurut standart standar Society of American Value Engineering (SAVE, 2007) adalah sebagai berikut:
  • Menjelaskan setiap ide untuk mengembangkan ke dalam sebuah pemahaman.
  • Memilih dan memprioritaskan ide-ide uuntuk pengembangan selanjutnya. Tools yang digunakan: Pugh Analysis, Kepner-Tregoe, Life Cycle Coasting.
  • Mendiskusikan bagaiamana ide-ide berdampak pada biaya proyek, dan kinerja parameter-parameter. Tools yang digunakan: T-Charts.
  • Menjelaskan bagaimana ide-ide dituliskan sebagai stand-alone risk-reward invesment proposal.


      e.    Tahap Pengembangan

Pada tahap ini ide-ide terpilih akan dikembangkan menjadi berbagai alternatif perubahan sesuai dengan fase pengembangan proyek. Tahapan pengembangan Value Engineering (VE) adalah mempersiapkan saran-saran atau rekomendasi final secara tertulis untuk alternatif-alternatif yang terpilih. Kemungkinan untuk diimplementasikan, termasuk pertimbangan faktor-faktor teknis dan ekonomis yang mana alternatif-alternatif tersebut telah secara lengkap dikembangkan untuk diimplementasikan (Chandra S. , 2014).

Alternatif terbaik ini perlu didukung sebanyak mungkin dengan infrormasi-informasi teknis. Bentuk dukungan informasi teknis dapat meliputi (Priyanto, 2010):
  • Penjelasan tertulis mengenai konsep asli dan alternatif yang diajukan.
  • Informasi biaya yang meliputi biaya awal dan biaya siklus-hidup (life-cycle cost), menanyakan perbedaan antara biaya rencana asli dan biaya alternatif secara jelas.
  • Keuntungan dan kerugian dari setiap ide atau alternatif.
  • Pembahasan mengenai beberapa alternatif untuk mengkomunikasikan ide secara jelas kepada para pengkaji, termasuk informasi berhubungan dengan pelaksanaan seperti biaya, jadwal, potensi konflik.


      f.     Tahap Presentasi

Pada tahap ini berupa suatu presentasi secara lisan yang ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam memahami alternatif-alternatif yang akan dipilih dalam usulan tim Value Engineering (VE). Pengajuan usulan alternatif yang dipilih dapat disampaikan secara singkat, jelas, dan tanpa memojokkan salah satu pihak (Ustoyo, 2007). Dalam tahap presentasi ini digunakan untuk memastikan kepada owner, dan stakeholder lain yang berfungsi sebagai pengambilan keputusan akhir.

Aktivitas dalam tahap presentasi ini adalah:
  • Merencanakan presentasi dan dokumen pendukung.
  • Membandingkan kesimpulan pembelajaran persyaratan keberhasilan yang ditetapkan selama informasi dan fase analisis fungsi.
  • Mempromosikan kepada menajemen skenario inovasi “risk-reward” untuk menggunakan nilai alternatif yang akan diaplikasikan.
  • Memastikan pada manajemen sehingga mereka bisa membuat keputusan.
  • Menyiapkan format laporan.

Post a Comment

0 Comments