Pengukuran Kebisingan (Sound Level Meter) & Pencahayaan (Lux Meter) | Praktikum Ergonomi




           Definisi Lingkungan Kerja Fisik



Menurut Sedarmayanti (2001:21), suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa diperoleh begitu saja, tetapi dengan ilmu pengetahuan dan melalui tahapan-tahapan pengujian atas setiap kondisi yang mungkin. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan kerja fisik dapat terbagi atas:

Baca: BIOMEKANIKA KERJA, PRAKTIKUM ERGONOMI
     1.      Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya).
    2.  Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah sebagai berikut ini, antara lain:
      1.      Sirkulasi udara di tempat kerja.
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
      2.      Temperatur atau suhu udara di tempat kerja.
Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai suhu yang berbedabeda. Produktivitas manusia akan mencapi tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24-27°C.
    
Baca: Ergonomi adalah
3.     
Musik di tempat kerja.
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
      4.      Dekorasi di tempat kerja.
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja iclap berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata wama, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja
      5.      Penerangan atau cahaya di tempat kerja.
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karya'van guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja Cahaya dapat dibedakan menjadi empat, yaitu cahaya langsung, cahaya setengah langsung, cahaya tidak langsung. dan cahaya setengah tidak langsung. Adapun ciri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan Assaun (1993:31) adalah sebagai berikut: 
a.       Sinar cahaya yang cukup 
b.      Sinannya yang tidak berkilau dan menyilauhan.   
c.       Tidak terdapat kontras yang tajam. 
d.      Cahaya yang terang. 
e.       Distribusi cahaya yang merata. 
f.       Warna yang sesuai.
Baca: Tujuan Ergonomi
      6.      Getaran mekanis di tempat kerja.
Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun trekuensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekuensi alam ini beresonansi dengan frekuensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal sebagai berikut: 
a.       Kesentrasi bekerja. 
b.      Datangnya kelelahan. 
c.  Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap mata, syarat, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.
      7.      Bau tidak sedap ditempat kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition" yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
      8.      Tata warna di tempat kerja.
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Komposisi warna yang ideal menurut Alex S Nitisemito (1996:1120), terdiri dari: 
a.    Warna primer (merah, biru, kuning). Kalau dijajarkan tanpa antara akan tampak keras dan tidak harmonis serta tidak bisa dijajarkan dengan yang lain schingga tidak sedap dipandang. 
b.   Warna sekunder (oranye, hijau, violet). Kalau dijajarkan akan menimbulkan kesan yang harmonis, sedap dipandang mata. 
c.  Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna dihadapannya akan menimbulkan warna-warna komplementer yang sifatnya kontras dan baik sekali dipandang mata. 
d.   Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang disampingnya akan merusak salah satu dari warna tersebut dan akan terkesan suram.
      9.      Keamanan di tempat kerja.
Guna meniaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadadil ansian maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SAIPAM).

Pengukuran Tingkat Kebisingan




Pengukuran Standar Batas Tingkat Kebisingan & Zona Kebisingan menjadi suatu hal sangat penting dilakukan di lingkungan kerja dan proses industri jika dikaitkan dengan masa ah kesehatan. Setiap hari minimal 8 jam kita berada di lingkungan kerja yang menuntut kita untuk beradaptasi dalam kondisi anapun. Kondisi lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi jika berlangsung dalam jangka waktu lama dan terus menerus maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi kesehatan orang orang yang berada di lingkungan tersebut. Untuk meminimalisir dan pencegahan hal tersebut, maka dalam setiap lingkungan kerja terutaina yang berhubungan dengan proses industri diharuskan melakukan pengukuran tingkat kebisingan suara yang dihasilkan dari proses industrinya untuk menjaga kesehatan orang orang yang berada dilingkungan tersebut. Sound Level Meter merupalan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30-130 dBA dan dari frekuensi 20Hz-20.000Hz. Spesifikasi dari Sound Level Meter adalah sebagai berikut:
a.       Pengukuran berkisar dari 26dB (A). 
b.      Fungsi hingga 99 catatan dan berat 260 g. 
c.       6 rentang pengukuran yang disesuaikan. 
d.      Dimensi 264 x 68 x 27 mm.
Sound Level Meter digunakan untuk untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20-20.000 Hz. Aplikasi Sound Level Meter biasanya dipakai dipabrik, untuk menganalisi kebisingan peralatan dipabrik tersebut misalnya pada pabrik pupuk, alat yang berpotensi menimbulkan kebisingan seperti turbin, compressor, condenser, pompa drum dan lain-lain. Pada umumnya SLM & Noise Dosiinzter diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta. Untuk keperluan mengukur kebisingan di suatu ruangan kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan beberapa kali pencatatan dari SLM. Cara pemakaiannya adalah sebagai berikut:
1.      Persiapan alat
a.       Pasang baterai pada tempatnya. 
b.      Tekan tombol power. 
c.       Cek garis tanda pada monitor untuk mengetahui kondisi baterai. 
d.      Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga alat pada monitor sesuai dengan angka kalibrator.
2.      Pengukuran
a.       Pilih selektor pada posisi:
1)     Fast digunakan untuk jenis kebisingan kontinu. Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinu dibagi menjasi dua yaitu:
a)  Wide Spectrum merupakan bising dengan spectrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun. 
b)    Narrow Spectrum merupakan bising yang relative tetap akan tetapi hanya mempunyai fekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji ÅŸirkuler, katup gas.
2)   Slow digunakan untuk jenis kebisingan impulsif atau terputus-putus. Bising ini sering disebut juga internitten noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus terusan, melainkan ada periode rekatif tenang misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
3.      Pilih selektor range intensitas kebisingan.
4.      Tentukan lokasi pengukuran. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang lebih 6 kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada monitor.
5.      Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan (Lek) dengan rumus:
Lek = 10 log (1/n x (10L1/10 + 10L2/10 + 10L3/10 + ...)) dBA
Dimana:
Lek            = tingkat kebisingan ekivalen (dBA).
LI... Ln      = tingkat kebisingan pada periode ke-n (Db).
n                = jumlah data pengukuran.
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/51/MEN/1999 zona kebisingan dibedakan atas tiga bagian, yaitu:
a.       Zona aman tanpa pelindung                    :<85 dBA 
b.      Zona dengan pelindung ear plug             : 85-95 dBA 
c.       Zona dengan pelindung ear muff            : >95 dBA


Pengukuran Tingkat Pencahayaan

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi lima (5) macam, yaitu:
1.    Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipaniulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%.
2.    Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan.
Akan tetapi, ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesila yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cah Untuk etek vang opumal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada didal ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan
3.    Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinar sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem in tennasuk sister direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistemi ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4.    Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5.     Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi eflisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya pasti menibutuhkan penerangan. Intensitas penerangan inerupakan aspek penting di tempat-tempat tersebut karena berbagai masalah akan timbul ketika kualitas intensitas penerangan di tempat tersebut tidak memenuhi standard yang perlu diterapkan. Perencanaan penerangan suatu tempat harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain intensitas penerangan saat digunakan untuk bekerja, intensitas penerangan ruang pada umumnya, biaya instalasi, biaya pemakaian energi dan biaya perneliharaannya. Perlu diperhatikan, perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekitarnya harus dihindari karena mata kita akan memerlukan daya yang besar untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut yang menyebabkan mata mudah lelah. Untuk mendapatkan hasil penerangan atau pencahayaan yang baik dan merata, maka harus dipertimbangkan iluminasi (kuat penerangan), sudut penyinaran lampu, jenis dan jarak penempatan lampu yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Pada dasamya dalam perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain dimensi ruang, kegunaan atau fungsi ruang, warna dinding, type armature yang akan digunakan, dan sebagainya. Berikut ini adalah daya Pencahayaan Maksimum Menurut SNI, antara lain:
1.      Untuk Ruang Kantor/ Industri adalah 15 wait/m2
2.      Untuk Rumah tak melebihi 10 watt/m2
3.      Untuk Toko 20-40 watt/2
4.      Untuk Hotel 10-30 watt/2
5.      Untuk Sekolah 15-30 watt/m2
6.      Untuk Rumah sakit 10-30 watt/m2
Terdapat dua aspek penting dari perencanaan penerangan, pertama yaitu menentukan jumlah armature yang dibutuhkan berdasarkan nilai intensitas yang diberikan, sedangkan yang kedua adalah rekomendasi pemasangan berdasarkan bentuk ruangan. Untuk mendapatkan jumlah lampu pada suatu ruang dapat dihitung dengan metode faktor utilisasi ruangan, rumusnya adalah sebagai berikut:
Dimana:
Rumus tingkat pencahayaan
Rumus tingkat pencahayaan
N                     = Jumlah armature/lampu
1.25                 = Faktor Perencanaan
               = Intensitas Penerangan (Lux)
L                      = Panjang Ruang (meter)
W                    = Lebar Ruang (meter)
K                     = Faktor ruangan (meter)
Õ“                     = Flux Cahaya (Lumen)
Æž LB                = Efisiensi armature ( % )
È  R                  = Faktor Utilisasi Ruangan ( % )
Intensitas penerangan € dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
itensitas penerangan
itensitas penerangan
Dimana:
         = Intensitas penerangan (Lux)
n          = Jumlah data pengukuran
EL.En  = Kuat penerangan pada setiap pengukuran ke-n (Lux)
Flux cahaya bisa diketahui melalui rumus berikut:
Ø = W x L/w
Dimana:
Ø = Flux Cahaya (Lumen)
W = Daya Lampu (Watt)
L/w = Luminous Efficacy Lamp (Lumen/watt)
Beberapa data tersebut di atas dapat dilihat pada catalog (kardus) lampu.
Faktor ruangan (k) dapat diketahui dari data dimensi ruangan, rumusnya sebagai berikut:
faktor ruangan
faktor ruangan
Dimana:
A = lebar ruangan (meter)
B = panjang ruangan (meter)
h = ketinggian ruangan (meter)
Ketinggian ruangan dihitung dengan menggunakan rumus:
h = H - 0.85 (meter)
Dimana:
H = ketinggian (meter)
0,85 = koefisien ketinggian

Baca: MANFAAT PENERAPAN ERGONOMI 

Latihan soal


ALAT DAN BAHAN
Dalam melakukan praktikum tentang lingkungan kerja fisik, digunakan alat dan bah. sebagai berikut ini, yaitu:
1.    Sound Level Meter.
2.    Lux Meter.
3.    Ruangan Kerja.
4.    Stopwatch
5.    Perlengkapan Alat Tulis.
6.    Lembar Data.
7.    Lembar Kerja.

PROSEDUR
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan pengamatan tingkat kebisingan dan tingkat pencahayaan dalam lingkungan kerja fisik, yaitu:
1.      Carilah suatu ruangan yang akan dijadikan model pengukuran.
2.      Ambillah sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan ruangan tersebut.
3.      Ambillah lux meter untuk mengukur tingkat pencahayaan ruangan tersebut.
4.      Lihat angka yang terlihat pada alat sound lever meter dan lux meter setiap 30 detik.
5.      Lakukan penglihatan angka tersebut sebanyak 10 kali dan gunakan stopwatch untuk melihat waktu.
6.      Catatlah angka yang terlihat dimonitor sesuai dengan waktu yang ditentukan dari alat lux meter dan sound level meter dengan menggunakan perlengkapan alat tulis di le:nbar data.
7.      Hitunglah jumlah lampu yang dibutuhkan pada ruangan tersebut jika diketahui factor utilisasi sebesar 80% dan efisiensi annature lampu sebesar 70%?
8.      Hitunglah rata-rata kebisingan (Lek) pada ruangan tersebut

DATA
PENGUKURAN KE
Kebisingan (Db)
Cahaya (Lux)
1
91
46
2
109
41
3
98
155
4
78
713
5
115
35
6
109
27
7
85
20
8
118
63
9
112
34
10
89
335

JAWAB
1.      JUMLAH LAMPU YANG DIBUTUHKAN
Rumus :
Diketahui:
Æž LB (Efisiensi armature ( % ))                       = 0.7
È  R   (Faktor Utilisasi Ruangan ( % ))            = 0.8
H (ketinggian (meter))                                     = 3 m
A (lebar ruangan (meter))                                = 3.5 m
B (panjang ruangan (meter))                            = 12 m
Lampu                                                              = 15 watt
1 watt                                                                = 75 Lumen

Perhitungan:
Intensitas Penerangan


Flux cahaya bisa diketahui melalui rumus berikut:
Ø            = W x L/w
               = 15 x 75 = 1125 Lumen

Ketinggian ruangan dihitung dengan menggunakan rumus:
h            = H - 0.85 (meter)
               = 3- 0.85 meter =2.15
Faktor ruangan (k) dapat diketahui dari data dimensi ruangan, rumusnya sebagai berikut:



Untuk mendapatkan jumlah lampu pada suatu ruang dapat dihitung dengan metode faktor utilisasi ruangan, rumusnya adalah sebagai berikut:

KESIMPULAN :
Berdasarkan perhitungan tersebut, pada ruangan tersebut diperlukan 9.71 titik lampu dibulatkan menjadi 10 buah lampu.
Disarankan dibagi menjadi 2 baris, tiap barisnya terdiri dari 5 titik lampu untuk dimensi ruangan tersebut.


RATA-RATA KEBISINGAN


Rata-rata kebisingan (Lek) dengan rumus:
Lek = 10 log (1/n x (10^L1/10 + 10^L2/10 + 10^L3/10 + ...)) dBA
Dimana:
Lek           = tingkat kebisingan ekivalen (dBA).
LI... Ln    = tingkat kebisingan pada periode ke-n (Db).
n               = jumlah data pengukuran

Lek = 10 log (1/n x (10^L1/10 + 10^L2/10 + 10^L3/10 + ...)) dBA
= 10 log (1/10 x (10^91/10 + 10^109/10 + 10^98/10 + ...+ 10^89/10))
(berdasarkan data pengukuran diatas)          
= 111.049 dBA
KESIMPULAN :
Berdasarkan perhitungan rata-rata kebisingan di ruangan tersebut, kebisingan mencapai 111 dBA atau > 95 dBA, yang artinya termasuk dalam zona dengan pelindung ear muff.


Post a Comment

0 Comments