MANFAAT PENERAPAN ERGONOMI

Dengan ergonomi akan diperoleh berbagai manfaat bagi pekerja, manajamen dan perusahaan serta pemerintah melalui pekerjaan akan lebih cepat selesai, risiko kecelakaan akan lebih kecil, mandays/hours tidak banyak hilang, risiko penyakit akibat kerja kecil, gairah/ kepuasan kerja lebih tinggi, biaya ekstra/tambahan/ tidak terduga bisa ditekan, absensi/tidak masuk kerja rendah, kelelahan berkurang, kebosanan dihindari, rasa sakit/kaku berkurang/tidak ada, dan sebagainya yang sangat menguntungkan semua pihak.

Baca dulu: ERGONOMI adalah...
manfaat ergonomi
Manfaat Ergonomi
MANFAAT ERGONOMI
Apabila ilmu Ergonomi diterapkan secara tepat pada perusahaan, akan menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut:
  1. Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan. 
  2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.  
  3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang diperlukan. 
  4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.
  5. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja 

Baca: Tujuan ERGONOMI
Untuk mencapai sasaran dan tujuan tersebut ergonomi harus berurusan dengan masalah-masalah berikut yang praktis terdapat di dalam segala aspek kehidupan:
1) Energi (status nutrisi), dimana nutrisi yang memadai sebagai sumber energi seseorang merupakan satu keharusan untuk mampu menyelesaikan pekerjaannya.
2) Aplikasi dari tenaga otot secara optimal dan efisien merupakan keharusan melalui disain pekerjaan dan latihan-latihan yang memenuhi persyaratan untuk menekan stress (aksi/rangsangan) pada seseorang sebagai batas minimum.
3) Sikap tubuh yang buruk sewaktu kerja dan berlangsung lama menyebabkan adanya beban pada otot dan efek negatif kepada kesehatan. Untuk menghindari situasi ini, posisi kepala, tubuh dan anggota tubuh perlu diatur sesuai dengan jenis pekerjaan dan ruang kerja.
4) Kondisi lingkungan berupa panas, cahaya, bising dan getaran perlu dikaji untuk mencegah adanya beban fisik dan mental yang berlebihan.
5) Kondisi yang berkaitan dengan waktu seperti istirahat, hari-hari libur dan pola kerja bergilir serta lembur. Perlu dipelajari dan dapat mencegah kelelahan serta pengaruhnya kepada kesehatan seseorang/pekerja. 
6) Kondisi sosial seperti adanya “reward”, bagaimana mengatur pekerjaan dan kualitas interaksi sosial antar pekerja perlu sering dikaji karena berubahnya teknologi yang digunakan. Pekerjaan yang mengurangi harga diri dan kepuasan kerja dapat mengarah kepada “stress” (tekanan) psikis dan masalah kesehatan.
7) Kondisi informasi berupa jumlah dan kualitas informasi yang diperlukan pekerja untuk dapat menunjukkan penampilannya secara puas perlu dievaluasi. Beban fisik dan mental bisa muncul kalau kebutuhan informasi dari satu pekerjaan melebihi kemampuannya.
8) Interaksi manusia/mesin berkaitan dengan analisis tepat apa-apa yang harus dikerjakan oleh manusia dan mesin, bagaimana pekerja mempengaruhi mesin dengan menggunakan kontrol, dan bagaimana pekerja bereaksi terhadap operasi mesin. Satu ketidak-serasian antara kemampuan pekerja dan kebutuhan yang diminta mesin kepada pekerja dapat menyebabkan konsekuensi masalah kesehatan yang sangat buruk.

Baca: PROSPEK KERJA TEKNIK INDUSTRI | Lulusan Teknik Industri Kerja Apa? 
Pembebanan otot statis dalam beberapa suasana kerja seperti pada gambar di bawah ini yaitu terdapat 12 contoh. Gambar a sampai d menyatakan posisi pekerja membungkuk, gambar e sampai g pembebanan otot pada lengan atas, gambar h sampai l pembebanan otot tangan posisi kerja duduk.
Pembebanan Otot Statis dalam Beberapa Suasana Kerja
Pembebanan Otot Statis dalam Beberapa Suasana Kerja

Baca: Pengukuran Kebisingan (Sound Level Meter) & Pencahayaan (Lux Meter) | Ergonomi

Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi


Ergonomi merupakan suatu ilmu, teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain tuntutan pekerjaan tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena keduanya, baik underload maupun overload menyebabkan stress.

Kemampuan kerja seseorang, sangat ditentukan oleh:
  1. Personal capacity (karakteristik pribadi), meliputi faktor usia, jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan, kesehatan, kesegaran tubuh.
  2. Physiological capacity (kemampuan fisiologis) meliputi kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syarat otot, panca indera.
  3. Phycological capacity (kemampuan psikologis), berhubungan dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi.
  4. Biomechanical capacity (kemampuan bio-mekanik) berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi, persendiaan dan jalinan tulang.

Tuntutan  tugas pekerjaan/aktivitas tergantung pada:
  1. Karakteristik tugas dan material, ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja. (contohnya)
  2. Karakteristik organisasi, berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dsb.
  3. Karakteristik lingkungan, berkaitan dengan manusia teman setugas, suhu dan kelembaban, bising, getaran, penerangan, sosial-budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dsb.

Baca: Apa itu KEPEMIMPINAN? Definisi dan Gaya-gaya Kepemimpinan
Performansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang bersangkutan. Dengan demikian:
  1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan tidak produktif.
  2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa understress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.
  3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan kemampuan yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan lingkungan sehat, nyaman, aman dan produktif. 

Daftar Pustaka:
Adiputra, N. 1998, Metodologi Ergonomi, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Grandjean, E. 1993, Fitting the Task to the Man, 4th edt, Taylor & Francis Inc, London.
Nurmianto, Eko. 2008,  Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Teknik Industri-ITS
Pulat, B.M, 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey, USA.
Sinclair, M.A, 1992, Subjective Assessment, Taylor & Francis Great Britain.
Suma’mur, P.K, 1982, Ergonomic Untuk Productivitas Kerja, Yayasan Swabhawa Karya, Jakarta.
Suma’mur, P.K, 1984, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cetakan ke-4, PT. Gunung Agung, Jakarta.
Tarwaka & Bakri, S.A, 2001, Kurangnya Sirkulasi Udara Menyebabkan Gangguan Kesehatan dan Kenyamanan Karyawan, Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Jakarta:XXXIV (3):26-33.
Tarwaka, Solichul HA, Bakri, Lilik Sudiajeng, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA Press, Surakarta.
Water, T.R. & Bhattacharya, A. 1996, Physiological Aspects Of Neuromuscular Function, USA.

Post a Comment

0 Comments