Tujuan Ergonomi
Baca dulu: ERGONOMI adalah...
Ergonomi memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan, produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara harmonis sesuai kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia (International Ergonomics Association/IEA). Ergonomi atau dikenal dengan human factors engineering (HFE) menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan. Jadi ergonomi berperan dalam mencapai atau menjaga keberlangsungan kesesuaian kerja dan pekerjanya (fit the job to the man).
Tujuan terbesar dan utama dari ergonomi atau HFE secara umum adalah untuk memahami atau memperoleh pengetahuan mengenai interaksi antara manusia dengan segala hal yang ada di sekitar manusia (terutama dalam hal pekerjaan) dan pengetahuan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan performa keseluruhan sistem. Ergonomi atau HFE juga memiliki tujuantujuan spesifik meliputi:
Tujuan operasional dasar:
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
Baca: Manfaat ERGONOMI
Untuk mencapai tujuan ergonomi, maka perlu keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia pekerjaan dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu umur, jenis kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani, pendidikan, ketrampilan, budaya, tingkah laku, kebiasaan dan kemampuan beradaptasi.
1) Umur. Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25 %, kemampuan sensor motoris menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang > 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan.
2) Jenis Kelamin. Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki tetapi dalam hal tertentu wanita lebih teliti dari laki-laki. Menurut Konz untuk kerja fisik wanita 30% lebih rendah dari laki-laki. Kondisi tersebut menyebabkan persentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dari kadar HB lebih rendah daripada laki-laki. Menurut Priatna bahwa seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh seorang wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki.
3) Antropometri. Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga menentukan dalam selesksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Menurut Pulat data antropometri dapat digunakan untuk mendesain pakaian, tempat kerja, lingkungan keja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.
4) Status Kesehatan dan Nutrisi. Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif kapasitas kerja akan terganggu. Perlu keseimbangan antara in take energy dan output yang harus dikeluarkan. Menurut Suma’mur dan Grandjean bahwa selain jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama bekerja adalah sangat penting. Sebagai contoh adalah pemberian snack atau makanan ringan dan teh manis setiap 1,5-2 jam setelah kerja terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja dibandingkan dengan hanya diberikan sekali makan siang pada saat jam istirahat.
Baca juga: Karakteristik Gaya Kepemimpinan
5) Kesegaran Jasmani. Hairy dan Hopkins menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan aktivitas berikutnya. Selanjutnya Nala mengatakan bahwa komponen utama yaitu kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, koordinasi, ketepatan dan waktu reaksi. Dalam setiap aktivitas pekerjaan maka, setiap tenaga kerja dituntut untuk memiliki kesegaran jasmanai yang baik sehingga tidak merasa cepat lelah dan performansi kerja tetap stabil untuk waktu yang cukup lama.
6) Kemampuan Kerja. Fisik Kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan perkerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Lamanya waktu aktivitas dapat bervariasi antara beberapa detik (untuk pekerjaan yang memerlukan ketahanan). Menurut Hairy dan Genaidy bahwa komponen kemampuan kerja fisik dan kesegaran jasmani seseorang ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan otot dan ketahanan kardiovaskuler.
Adiputra, N. 1998, Metodologi Ergonomi, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Grandjean, E. 1993, Fitting the Task to the Man, 4th edt, Taylor & Francis Inc, London.
Nurmianto, Eko. 2008, Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Teknik Industri-ITS
Pulat, B.M, 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey, USA.
Sinclair, M.A, 1992, Subjective Assessment, Taylor & Francis Great Britain.
Suma’mur, P.K, 1982, Ergonomic Untuk Productivitas Kerja, Yayasan Swabhawa Karya, Jakarta.
Suma’mur, P.K, 1984, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cetakan ke-4, PT. Gunung Agung, Jakarta.
TUJUAN ERGONOMI |
Ergonomi memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan, produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara harmonis sesuai kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia (International Ergonomics Association/IEA). Ergonomi atau dikenal dengan human factors engineering (HFE) menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan. Jadi ergonomi berperan dalam mencapai atau menjaga keberlangsungan kesesuaian kerja dan pekerjanya (fit the job to the man).
Tujuan terbesar dan utama dari ergonomi atau HFE secara umum adalah untuk memahami atau memperoleh pengetahuan mengenai interaksi antara manusia dengan segala hal yang ada di sekitar manusia (terutama dalam hal pekerjaan) dan pengetahuan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan performa keseluruhan sistem. Ergonomi atau HFE juga memiliki tujuantujuan spesifik meliputi:
Tujuan operasional dasar:
- Mengurangi error atau kesalahan yang disebbakan karena manusia atau pekerja.
- Meningkatkan keselamatan (safety)/K3 (bisa dibilang merupakan isu paling utama dan terkenal di ergonomi, sebagian besar aplikasi ergonomi dikenal lewat K3. Ergonomi sendiri sebenarnya adalah prinsip dari K3
- Memperbaiki performa sistem agar karyawan mencapai kualitas hidup manusia secara optimal, baik ditempat kerja, lingkungan sosial maupun lingkungan keluarga menjadi tujuan utama dari penerapan ergonomi.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
- Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
- Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
- Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap stasiun kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Baca: Manfaat ERGONOMI
Untuk mencapai tujuan ergonomi, maka perlu keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia pekerjaan dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu umur, jenis kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani, pendidikan, ketrampilan, budaya, tingkah laku, kebiasaan dan kemampuan beradaptasi.
1) Umur. Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25 %, kemampuan sensor motoris menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang > 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan.
2) Jenis Kelamin. Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki tetapi dalam hal tertentu wanita lebih teliti dari laki-laki. Menurut Konz untuk kerja fisik wanita 30% lebih rendah dari laki-laki. Kondisi tersebut menyebabkan persentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dari kadar HB lebih rendah daripada laki-laki. Menurut Priatna bahwa seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh seorang wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki.
3) Antropometri. Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga menentukan dalam selesksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dll. Menurut Pulat data antropometri dapat digunakan untuk mendesain pakaian, tempat kerja, lingkungan keja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.
4) Status Kesehatan dan Nutrisi. Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif kapasitas kerja akan terganggu. Perlu keseimbangan antara in take energy dan output yang harus dikeluarkan. Menurut Suma’mur dan Grandjean bahwa selain jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama bekerja adalah sangat penting. Sebagai contoh adalah pemberian snack atau makanan ringan dan teh manis setiap 1,5-2 jam setelah kerja terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja dibandingkan dengan hanya diberikan sekali makan siang pada saat jam istirahat.
Baca juga: Karakteristik Gaya Kepemimpinan
5) Kesegaran Jasmani. Hairy dan Hopkins menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan aktivitas berikutnya. Selanjutnya Nala mengatakan bahwa komponen utama yaitu kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, koordinasi, ketepatan dan waktu reaksi. Dalam setiap aktivitas pekerjaan maka, setiap tenaga kerja dituntut untuk memiliki kesegaran jasmanai yang baik sehingga tidak merasa cepat lelah dan performansi kerja tetap stabil untuk waktu yang cukup lama.
6) Kemampuan Kerja. Fisik Kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan perkerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Lamanya waktu aktivitas dapat bervariasi antara beberapa detik (untuk pekerjaan yang memerlukan ketahanan). Menurut Hairy dan Genaidy bahwa komponen kemampuan kerja fisik dan kesegaran jasmani seseorang ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan otot dan ketahanan kardiovaskuler.
- Kekuatan Otot. Kekuatan otot adalah tenaga maksimum yang digunakan oleh suatu group otot dibawah kondisi yang ditetapkan. Kekutan otot biasanya ditentukan setelah beberapa putaran kerja. Terdapat 2 macam kekuatan otot yaitu kekuatan otot statis dan dinamis. Kekuatan otot statis juga dikenal sebagai kontraksi volunter maksimum dan kekuatan isometric yaitu tenaga maksimum yang digunakan untuk suatu group otot setelah percobaan tunggal. Sedangkan kekuatan otot dinamis memerlukan pengerahan selama proses gerakan. Kekuatan otot dinamis adalah beban maksimum yang dapat ditangani oleh seseorang tepat waktu atau beberapa yang diinginkan.
- Ketahanan Otot. Ketahanan otot adalah kemampuan spesifik grup otot untuk terus dapat melakukan pekerjaan sampai seseorang tidak mampu lagi untuk mempertahankan pekerjaannya. Ketahaanan otot dapat diukur dalam waktu bertahan (maksimum lamanya waktu selama seseorang mampu mempertahankan suatu beban kerja secara terus menerus. Daya tahan otot pada prinsipnya dapat dilatih dan dikembangkan sejak usia dini sampai usia 20 tahun, Daya tahan otot mencapai kemampuan maksimum pada usia 25-30 tahun.
- Ketahanan Kardiovaskuler. Ketahanan kardiovaskuler adalah suatu pengukuran kemampuan sistem kardiovaskuler dengan melakukan pekerjaan secara terus menerus sampai terjadi kelelahan. Dapat ditentukan dengan beban maksimum dan sub maksimum. Untuk beban maksimum, ketahanan kardiovaskuler diketahui sebagai konsumsi O2 Max (VO2Max) atau tenaga aerobik maksimum. VO2 max adalah jumlah maksimum oksigen yang seseorang dapatkan selama kerja fisik sambil menghirup udara. Menurut Nala bahwa ketahanan kardiovaskuler adalah suatu kemampuan tubuh untuk bekerja dalam waktu lama tanpa kelelahan setelah menyelesaiakan pekerjaan tersebut. Ketahanan kardiovaskuler umumnya diartikan sebagai ketahanan terhadap kelelahan dan kemampuan pemulihan setelah mengalami kelelahan. Ketahanan kardiovaskuler yang tinggi dapat mempertahankan performansi atau penampilan dalam jangka waktu yang relatif lama secara terus menerus.
Adiputra, N. 1998, Metodologi Ergonomi, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Grandjean, E. 1993, Fitting the Task to the Man, 4th edt, Taylor & Francis Inc, London.
Nurmianto, Eko. 2008, Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Teknik Industri-ITS
Pulat, B.M, 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey, USA.
Sinclair, M.A, 1992, Subjective Assessment, Taylor & Francis Great Britain.
Suma’mur, P.K, 1982, Ergonomic Untuk Productivitas Kerja, Yayasan Swabhawa Karya, Jakarta.
Suma’mur, P.K, 1984, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cetakan ke-4, PT. Gunung Agung, Jakarta.
0 Comments