FAAL KERJA | PRAKTIKUM ERGONOMI


Definisi Faal Kerja
Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja disebut faal kerja. Secara faal, bekerja adalah hasil kerja sama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari indera (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otototot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru. hati, usus, dan lainlainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan. Mula-mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot. dan alat-alat lain berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu refieks, sehingga bekerja menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi keterampilan seseorang. Otot-otot adalah salah satii organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi.


Baca juga: BIOMEKANIKA KERJA, PRAKTIKUM ERGONOMI
Sebeluin kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau di luar pembuluhpembuluh ototnya terjepit, sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi sebab kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot. Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda, memutar. roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinamik, selalu diikuti dengan kelelahan, vang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, CO2, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme kerja, idak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, inelainkan terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar pengaruhnya.
Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari padanya, bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor). Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalain bekerja. Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi, dan lain-lain. Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka herkembanglah ilmu biomekanik, yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan penerapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil kerja sebesar-besarnya.

Biomekanika memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-jari dan sebagainya. Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi menjadi dua yakni adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan. Adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan, dari jumiah organ yang terlibat selama kerja fisik. Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktif termasuk oksigen dan nutrien dan mengangkat produk metabolik dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Frekuenzi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dari posisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangu jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat, curah jantung sama dengan frekuensi denyut jantung X isi sekuncup. Sebelum seseorang melakukan gerak fisik, frekuensi denyut jantung prakerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Hal ini merupakan refleks anticipatory yang mungkin melalui sekresi catecholamihne dari medula kelenjar adrenal. Begitu kerja fisik dimulai, frekuensi denyut jantung segera meningkat. Terdapat hubungan linier antara frekuensi denyut jantung dengan intensitas kerja. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sama. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia. (frekuensi maksimal denyut jantung sama dengan 220 pada usia normal dengan standar deviasi ±10 denyut). Secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa kondisi over training merupakan kondisi di mana tubuh kurang istirahat untuk melakukan proses pemulihan secara latihan.
Selain itu, over training sebenarnya juga menimbulkan suatu sindrom psikologis, dimana mereka yang over training karena beban latihan cenderung menjadi cepat cemas dan kebingungan sedangkan mereka yang over training oleh latihan aerobik dapat mengalami depresi. Jika over training mengarah ke penurunan performa latihan dalam jangka panjang, ada lagi istilah over reaching yang merupakan penurunan performa juga namun jangka waktu yang pendek atau sementara saja. Over reaching ini sering terjadi pada para atlit yang memang diwajibkan untuk melakukan secara rutin, kondisi ini disebabkan karena intensitas latihan yang terlalu berlebih di suatu sesi latihan. Over reaching terjadi sementara saja, tapi apabila mengalaminya terus-menerus nantinya juga akan mengarah ke over training. Latihan sebenarnya selalu mengakibatkan semacam bentuk "cidera” yang disebut penyesuaian mikrotrauma (adaptive microtrauma). Alasan mengapa ini disebut suatu penyesuaian atau adaptasi pada tulang menjadi semakin kuat seiring dengan latihan. Cidera peyesuaian mikroutama pada tubuh ini menghasilkan zat semacam hormon yang disebut cytokines, zat ini dapat memberi peringatan awas apabila akan memasuki overtraining. Cytokines dapat mempengaruhi reseptor-reseptor pada otak yang selanjutnya mempengaruhi mood. Perubahan pada mood ini merupakan tandatanda yang paling awal dari overtraining. Efek buruk over training dimana di pusat-pusat kebugaran yang menjamur, seorang personal trainner selalu menyemangati untuk mengangkat beban terberat untuk memperbesar masa otot. Ada benarnya jika semakin berat beban yang diangkat maka semakin besar pula otot yang dikembangkan.



Mungkin akan lebih memaksakan diri untuk berpindah ke berat beban ssecepat mu. dengan repetisi sebanyak-banyaknya. Sangat disayangkan tidak semua orang memiliki stan sekuat Hercules dan bukan pula atlit angkat berat atau kuli bangunan profesional. Tubuh memiliki batas toleransi. Bila batas ini dilampaui kesehatan tubuh yang terkena imbasa Åžistem kekebalan tubuh yang pertama kali mendapat efek buruk overtraining. Fakta in ditemukan oleh Dr. Roy Shepard beserta tim dari Universitas Toronto-Kanada. Overtraining juga menyebabkan produksi radikal bebas yang berlebihan. Radikal bebas bisa merusak sel tubuh dan membuka pintu masuk penyakit jantung, kanker, penuaan dini dan yang terutama sistem kekebalan tubuh. Bodybuilding menempatkan insomnia dan jam tidur yang terganggu pada urutan pertama gejala overtraining. Setelah berolah raga, tubuh membutuhkan waktu kurang lehin empat jam untuk bisa dibawa ke alam niimpi. Kalau berniat tidur pada pukul sepuluh malam, maka harus sudah berhenti olehraga jam enam sore. Ciri berikutnya dalah waktu yang lebih lama untuk penyembuhan luka. Tentunya hal ini terjadi karena menurunnya kekebalan tubuh. Hilkang selera makan, perasaan lelah berkepanjangan nyeri otot dan hilangnya libido merupakan tanda-tanda overtraining yang lebih nyata. Bila porsi latihan cukup, makja tubuh akan memiliki ciri-ciri yang berlawanan dengan di atas.

Hal pertama yang dilakukan bila sudah terlanjur mengalami gejal-gejala overtraining adalah beristirahat. Berikanlah satu minggu penuh untuk tubuh beristirahat dan memulihkan diri. Penuhi juga asupan gizi yang dibutuhkannya. Makanan yang mengandung vitamin E dan C serta makanan yang mengandung karoten sangat dianjurkan untuk dimakan karena merupakan anti oksidan. Antioksidan bekerja dengan menyeimbangkan radikal bebas sehingga sistem kekebalan tubuh tubuh dapat diperbaiki. Menghindari over training memang sangat sulit karena bisa meragukan apakah tubuh lelah atau tidak bersemangat. Yang jelas jika tubuh sudah tidak kuat lagi mengangkat beban jangan paksakan diri, Kurang tidur dan kurang istirahat juga bisa berkontribusi dalain menyukseskan tubuh untuk over training.oleh karena itu jangan korbankan waktu istirahat. Ketahuilah bahwa otot mengembangkan dirinya di saat beristirahat bukan di saat latihan. Istirahat melalui tidur yang cukup akan mempersiapkan energi anda agar mampu mengangkat beban di hari berikutnya. Kita harus memastikan tangki nutriei mampu untuk menyokong latihan, intinya adalah keseimbangan. Bila protein yang dimasukkan ke dalam tubuh lebih banyak dibandingkan latihan, maka kelebihan protein ini akan keluar melalui urin. tetapi bila stok protein kurang akan menyebabkan over training. Menghindari over training bukan berarti mengurangi optimalisasi latihan, hanya perlu untuk mnjadwal ulang latihan. Tidak perlu tujuh minggu untukl latihan di gym. Empat hari dalam seminggu sudah cukup untuk mengoptimalisasi latihan. Contohnya, bisa berlibur dari gym di hari senin. Sebagai gantinya kita bisa melatih otot dada dan trisep setiap hari selasa, di hari rabu bisa berlatih otot kaki dan mengambil istirahat di hari kamis. Kembali ke gym pada hari jum'at untuk melatih otot punggung dan bisep. Dalam memahami otot tubuh, kita tidak perlu berlatih berlebihan hanya karena ingin cepat-cepat memiliki bentuk tubuh sempurna. Bila anda melakukan dengan benar dan teratur maka tubuh akan menjadi apa yang anda ingingkan pada waktunya.

 Metode Fisiologi
Menurut (Wignjosoebroto, 1993), mernyatakan bahwa berdasarkan objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari. Sebagai contoh, apa yang dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat pula diterapkan sebagian atau seluruhnya pada manusia.
Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fisiologi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang fungsi normal dari suatu organisme mulai dari tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ hingga tingkat organisme itu sendiri. Fungsi yang dipelajari adalah fungsi kerja yang meliputi fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Berikut ini adalah metode pengukuran faal kerja, antara lain: 

1.      Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
Menurut Kilnon menyatakan bahwa pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Peralatan tersebut jika tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai siopwatch dengan metode 10 denyut. Menurut (Oemijati, 1995) mengatakan bahwa dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut, yaitu:
Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi. Grandjean (2000) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek beban kerja. Astrand & Rodahl (1997) dan Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Salah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan. Didefinisikan oleh Grandjean (2000) bahwa denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis. Berikut merupakan denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik, yaitu:
a.       Denyut nadi istirahat adalah rata-rata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai.
b.      Denyut nadi kerja adalah rata-rata denyut nadi selama atau sesudah melakukan
c.       pekerjaan.
d.      Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Manuaba (1996), menyatakan bahwa untuk menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular (cardiovascular loud sama dengan % CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut, yaitu:
Menurut Astrand and Rodahl bahwa untuk rumus matematis untuk menghitung denyut nadi maksimum adalah sebagai berikut ini, yaitu:
Denyut Nadi Maksimum = 220 umur
Hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi seperti berikut, yaitu:
a.       Jika X < 30 % maka tidak terjadi kelelahan.
b.      Jika 30 < X < 60 % maka diperlukan perbaikan.
c.       Jika 60 < X < 80 % maka kerja dalam waktu singkat.
d.      Jika 80 < X < 100 % maka diperlukan tindakan segera.
e.       Jika X > 100 % maka tidak diperbolehkan beraktivitas.




2.      Pengukuran Konsumsi Energi dau Konsumsi Oksigen
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh paruparu. Penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat. Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expediture dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut:
Y = 1,80411 - 0,0229038X + 4,71733.10^-4X^2
Dimana :
Y : Konsumsi Energi (kilokalori per menit).
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit).
Besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi. Konsumsi energi untuk kegiatan atau aktivitas kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk rumus mateinatis adalah sebagai berikut, yaitu:
KE = Et – Ei
Dimana :
KE            : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit).
Et             : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit).
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit).
Perhitungan kosumsi oksigen dilakukan untuk mengetahui besaran konsumsi oksigen yang dibutuhkan operator. Berikut merupakan rumus untuk mencari besaran konsumsi oksigen yang dibutuhkan operator, yaitu:
Dimana:
KO2         : Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur.
KE            :Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menii).
Berikut ini merupakan beberapa cara yang digunakan untuk mengukur konsumsi energi, yaitu:
a.      Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur
Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energy. Berikut merupakan rumus matematisnya, yaitu:
Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recovery).
T : Total waktu kerja dalam menit.
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter per menit).
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter per menit).
 
b.      Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)
Denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik dengan menggunakan rumus matematis, yaitu:
Dimana :
R       : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery).
T        : Total waktu kerja dalam menit.
W      : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit.
S       : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal per menit. (Biasanya 5 Kkal/menit).
Perhitungan konsumsi energi dan konsumsi oksigen jika data denyut jantung berkelompok, maka harus mencari nilai rata-rata denyut jantung ketika kerja dan istirahat. Berikut merupakan rumus untuk mencari nilai rata-rata denyut jantung ketika kerja dan istirahat, yaitu:
Dimana :
D                               : Jumlah denyut nadi per menit.
XBar Kerja               : Rata-rata denyut nadi sesudah melakukan pekerjaan.
XBar Istirahat           : Rata-rata denyut nadi sebelum melakukan pekerjaan.
N                               : Jumlah data pengamatan.




3.      Tingkat Energi
Terdapat tiga tingkat kerja fisiologis yang umum yaitu istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik. Pada tahap istirahat, pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut dengan tingkat metabolisme basal atau Basal Metabolic Rate (BMR).
Hal tersebut mengukur pertandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru de kartondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas permukaan merupakan faktor penentu yang dinyatakan dalam kalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia mempunyai berat 65 kg dan mempunyai luas permukaan 1.77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1 kiloulon per menit Kerja disebut aerobik bila supply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan kena menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang diri ditingkatkan melalui latihan. Berikut ini klasifikasi beban kerja berdasarkan tingkat energi, yaitu:

 Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Tingkar Energi Tingkat Energi
 Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Tingkar Energi Tingkat Energi

4.      Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi
Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya. Pengukuran fisiologis dapat digunakan untuk membandingkan cost energi pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan serupa yang tidak standar, tetapi penindingan harus dibuat untuk orang yang sama. Dr. Lucien Broucha telah membuat tabel klasifikasi beban kegia dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukar berat ringannya pekerjaan, antara lain:
 
Klasifikasi Beban Kerja Dalam Reaksi Fisiologi
Klasifikasi Beban Kerja Dalam Reaksi Fisiologi
Pengukuran Fatigue
Perkembangan teknologi suat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangani pekerjaan. Artinya, peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahava potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakihin Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik Jantung merupakan alat yang sangat penting bagi bekerja. Alat tsersebut merupakan pompa darah kepada otot-otot, sehingga zat yang diperlukan dapat diberikan kepada dan zat-zat sampah dapat diambil dan otot.
Jantung bekerja diluar kemauan dan memiliki kemampuan-kemampuan secara khusus. Alat memompa darah arteri ke jaringan jaringan, termasuk otot dan darah vena ke paru-paru. Suatu denyut jantung merupakan suatu volume denyutan (stroke volume) darah arteri. Dengan sejumlah denyutan tiap menitnya, maka jantung memompakan sejumlah darah arteri yang cukup untuk keperluan bekerja. Dengan kegiatan tubuh yang meningkat, jantung harus memompakan darah lebih banyak, berarti junniah denyutan bertambah. Denyutan jantung dapat diukur dari denyutan nadi. Dengan bekerja, mula-mula nadi bertambah, tctapi kemudian menetap sesuai dengan kebutuhan dan setelah berhenti bekerja, nadi berangsur kembali kepada normal. Jantung yang baik sanggup meningkatkan jumlah denyutannya dan normal kembali sesudah kegiatan dihentikan. Jumlah denyutan jantung merupakan petunjuk besar-kecilnya beban kerja. Pada pekerjaan sangat ringan denyut jantung adalah kurang dari 75, pekerjaan ringan diantara 75 - 100, agak berat: 100 - 125, berat 125 - 150, sangat berat 150 - 175 dan luar biasa berat lebih dari 175/menit. Maksimu:n denyut nadi orang muda adalah 200/menit, sedangkan mereka yang berusia 40 tahun keatas 170/menit. Janiung yang sehat dalam 15 menit sesudah kerja akan bekerja normal kembali seperti sebelumnya. Denyut jantung masih dipengaruhi oleh keadaan cuaca kerja, reaksi psikis dan psikologis, keadaan sakit dan lain-lain. Faligue adalah kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Semakin berat beban yang dikerjakan dan semakin tidak teraturnya pergerakan, maka timbulnya fatigue akan semakin cepat. Seseorang yang bekerja pada tingkat energi diatas 5,2 kkal per menit, maka pada saat itu timbul rasa lelah.




Baca juga: APLIKASI ERGONOMI UNTUK PERANCANGAN TEMPAT KERJA




Menurut Murrel (1965) manusia masih mempunyai cadangan sebesar 25 kkal sebelum inunculnya asam laktat sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahai. Cadangan energi akan hilang jika manusia bekerja lebih dari 5,0 kkai per menit. Selama periode istirahat, cadangan energi tersebui dibentuk kembali. Timbulnya futigue ini perlu dipelajari untuk menentukan kekuatan otot manusia, sehingga kerja yang akan dilakukan atau dibebankan dapat disesuaikan dengan kemempuan otot tersebut. Ralph M Barnes (1980) menggolongkan kelelahan ke dalam 3 golongan tergantung dari mana hal ini dilihat yaitu: pertama merasa lelah, kedua kelelahan karena perubahan fisiologi dalam tubuh, dan ketiga menurunkan kemampuan kerja. Ketiga tersebut pada dasarnya berkesimpulan sama yaitu bahwa kelelahan terjadi jika kemampuan otot telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila otot tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna). Pada hakekatnya kekuatan dan daya tahan tubuh ini tidak hanya dipengaruhi oleh otot saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor subyektif. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue, antara lain:
1.      Besarnya tenaga yang diperlukan dan kecepatan.
2.      Cara dan sikap melakukan aktivitas.
3.      Jenis olah raga, jenis kelamin, dan umur.
Ada beberapa cara untuk mengukur fatigue. Berikut merupakan beberapa cara untuk mengukur fatigue, antara lain:
1.      Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernafasan.
2.      Menyukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, suhu badan, komposisi kimia dalam urine dan darah. Jika suhu badan sebelum aktivitas lebih tinggi dari suhu badan setelah aktivitas, maka terjadi kelelahan atau fatigue; demikian sebaliknya.
3.      Menggunakan alat penguji kelelahan, yaitu Riken Fuligue Inulikutor dengan ketentuan pengukuran elektroda logam melalui tes variasi perubahan air liur (saliva) karena lelah.

Latihan soal

ALAT DAN BAHAN
Dalam melakukan praktikum tentang faal kerja, digunakan alat dan bahan sebagai beriku. ini, yaitu:
1. Stopwatch.
2. Work Station.
3. Alat Olahraga (Sepeda Statis dan Treadmills).
4. Thermometer Tubuh.
5. Stetoskop.
6. Perlengkapan Alat Tulis.
7. Lembar Data.
8. Lembar Kerja.



PROSEDUR PRAKTIKUM
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan pengamatan faal kerja dengan mengukur denyut nadi manusia, yaitu:
1.      Siapkan empat (4) model untuk melakukan aktivitas faal kerja di work station.
2.      Ukur suhu tubuh masing-masing model sebelum melakukan aktivitas faal kerja dengan menggunakan thermometer tubuh.
3.      Lakukan pengukuran jumlah denyut nadi dengan menggunakan stetoskop sebelum melakukan aktivitas faal kerja selama 1 menit dan 5 menit menggunakan stopwatch.
4.      Lakukan aktivitas faal kerja dengan berolahraga menggunakan sepeda statis atau treadmills selama 5 menit untuk laki-laki) dan 3 menit (untuk wanita).
5.      Ukur suhu tubuh masing-masing model sesudah melakukan aktivitas faal kerja dengan menggunakan thermometer tubuh.
6.      Lakukan pengukuran jumlah denyut nadi dengan menggunakan stetoskop sesudah melakukan aktivitas faal kerja selama 1 menit dan 5 menit menggunakan stopwatch.
7.      Catatlah semua hasil pengamatan faal kerja di lembar data inenggunakan alat tulis.
8.      Hitunglah heart rate sebelum dan sesudah aktivitas selama 1 menit jika diketahui pengeluaran energi rata-rata sebanyak 5 Kkal/menit pada lembar kerja.
9.      Hitunglah beban kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL) sebelum dan sesudah aktivitas selama 1 menit dari masing-masing data yang diperoleh pada saat melakukan aktivitas faal kerja pada lembar kerja.
10.  Hitunglah beban kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL) sebelum dan sesudah selama 5 menit dari masing-masing data yang diperoleh pada saat melakukan aktivitas faal kerja pada lembar kerja.
11.  Hitunglah rata-rata, standar deviasi, dan persentil 5 th dan 95 th sebelum dan sesudah aktivitas selama 1 menit dari  masing-masing data yang diperoleh pada saat melakukan aktivitas faal kerja pada lembar kerja.
12.  Berikan analisa Anda apakah terjadi faktor kelelahan atau tidak jika dilihat dari kecepatan denyut jantung dan suhu badan dari masing-masing data yang diperoleh pada saat melakukan aktivitas faal kerja pada lembar kerja.
DATA
Nama                          : Adam P
Umur                          : 22
Suku Bangsa  :
Sebelum Aktivitas
Sesudah Aktivitas
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
1 Menit
5 Menit
1 Menit
5 Menit
35.2
114
570
35.4
115
575

Nama                          : Renaldi F
Umur                          : 22
Suku Bangsa  :
Sebelum Aktivitas
Sesudah Aktivitas
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
1 Menit
5 Menit
1 Menit
5 Menit
34.9
94
470
35
110
550

Nama                          : Martin S
Umur                          : 21
Suku Bangsa  :
Sebelum Aktivitas
Sesudah Aktivitas
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
1 Menit
5 Menit
1 Menit
5 Menit
33.8
72
360
33.7
69
345

Nama                          : Aulia F
Umur                          : 21
Suku Bangsa  :
Sebelum Aktivitas
Sesudah Aktivitas
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
Suhu
Tubuh
Jumlah Denyut Jantung
1 Menit
5 Menit
1 Menit
5 Menit
35.4
86
430
35.3
96
480


JAWAB
1.      Heart Rate
a.    Heart Rate Sebelum Aktivitas
Pengukuran Konsumsi Energi (Sebelum Aktivitas)
Y = 1.80411 – 0.0229038X + 4.71733.10^-4*X^2
                        y(Adam)         = 1.80411 – 0.0229038 (144) + 4.71733.10 ^-4*(144)²
                                                = 5.32
                        y(Aldi             = 1.80411 – 0.0229038 (94) + 4.71733.10 ^-4*(94)²
                                               = 3.81
                        y(Martin)      = 1.80411 – 0.0229038 (72) + 4.71733.10 ^-4*(72)²
                                               = 2.60
                        y(Aul)            = 1.80411 – 0.0229038 (86) + 4.71733.10 ^-4*(86)²
                                                = 3.32

b.   Heart Rate Sesudah Aktivitas
Pengukuran Konsumsi Energi (Sesudah Aktivitas)
Y = 1.80411 – 0.0229038X + 4.71733.10^-4*X^2
                        y(Adam)      = 1.80411 – 0.0229038 (115) + 4.71733.10 ^-4*(115)²
                                             = 5.41
                        y(Aldi)         = 1.80411 – 0.0229038 (110) + 4.71733.10 ^-4*(110)²
                                             = 4.99
                        y(Martin)    = 1.80411 – 0.0229038 (69) + 4.71733.10 ^-4*(69)²
                                             = 2.47
                        y(Aul)          = 1.80411 – 0.0229038 (96) + 4.71733.10 ^-4*(96)²
                                             = 3.95

2.      Pengukuran Cardiovascular Load (%CVL) Sebelum dan Sesudah Aktivitas Selama 1 Menit.
Denyut Nadi Maksimum = 220 umur
1.      Adam
Denyut Nadi Maksimum = 220 22 = 198
2.      Aldi
Denyut Nadi Maksimum = 220 22 = 198
3.      Martin
Denyut Nadi Maksimum = 220 21 = 199
4.      Aul
Denyut Nadi Maksimum = 220 21 = 199
3.      Pengukuran Cardiovascular Load (%CVL) Sebelum dan Sesudah Aktivitas Selama 5 Menit.
Denyut Nadi Maksimum = 220 umur
1.      Adam
Denyut Nadi Maksimum = 220 22 = 198
2.      Aldi
Denyut Nadi Maksimum = 220 22 = 198
3.      Martin
Denyut Nadi Maksimum = 220 21 = 199
4.      Aul
Denyut Nadi Maksimum = 220 21 = 199
4.      Perhitungan Rata-rata, Standart Deviasi dan Persentil ke-5 dan Persentil ke-95
a.    Perhitungan Rata-rata, Standart Deviasi dan Persentil ke-5 dan Persentil ke-95 Selama 1 Menit
Rata-rata sebelum aktivitas


Tabel Persentil Untuk Data Berdistribusi Normal

Persentil ke-5
= Xbar – 1.645. SD
= 91.5 – 1.645 x 17.54
= 63.65
Persentil ke-95
= Xbar + 1.645. SD
= 91.5 + 1.645 x 17.54
= 131.44
Rata-rata setelah aktivitas
 
Tabel Persentil Untuk Data Berdistribusi Normal
Persentil ke-5
= Xbar – 1.645. SD
= 97.5 – 1.645 x 20.63
= 63.65
Persentil ke-95
= Xbar + 1.645. SD
= 97.5 + 1.645 x 20.63
= 131.44

b.   Perhitungan Rata-rata, Standart Deviasi dan Persentil ke-5 dan Persentil ke-95 Selama 5 Menit
Rata-rata sebelum aktivitas
Tabel Persentil Untuk Data Berdistribusi Normal
Persentil ke-5
= Xbar – 1.645. SD
= 457.5 – 1.645 x 87.7
= 313.23
Persentil ke-95
= Xbar + 1.645. SD
= 457.5 + 1.645 x 87.7
= 601.77
Rata-rata setelah aktivitas
Tabel Persentil Untuk Data Berdistribusi Normal
Persentil ke-5
= Xbar – 1.645. SD
= 487.5 – 1.645 x 103.16
= 317.80
Persentil ke-95
= Xbar + 1.645. SD
= 487.5 + 1.645 x 103.16
= 657.20
5.      Perhitungan Rata-rata Suhu Tubuh

KESIMPULAN :
No
SEBELUM
NAMA
SESUDAH
DENYUT MAX
% CVL
% CVL
SUHU
DENYUT 1
DENYUT 5

SUHU
DENYUT 1
DENYUT 5
Sebelum
Sesudah
1
35.2
114
570
adam
35.4
115
575
198
1.19
-1.34
2
34.9
94
470
aldi
35
110
550
198
15.38
-29.41
3
33.8
72
360
martin
33.7
69
345
199
-2.36
9.26
4
35.4
86
430
aul
35.3
96
480
199
8.85
-21.55
Average
34.825
91.5
457.50

34.85
97.5
487.50










Standar deviasi

17.54
87.70


20.63169
103.16



Persentil ke 5

62.65
313.23


63.56087
317.80



Persentil ke 95

120.35
601.77


131.4391
657.20



Heart rate

-0.54



-0.29





1.    Rata –rata suhu tubuh mengalami peningkatan setelah melakukan aktivitas, menunjukkan kondisi normal, karena olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
2.    Dari hasil perhitungan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung (heart rate), didapatkan rata-rata dari keempat sampel yaitu sebesar 4.21 Kkal/Menit. Jadi berdasarkan tabel klasifikasi beban kerja berdasarkan tingkat energi, dapat disimpulan tingkat pekerjaan masuk dalam kategori ringan.
3.    Dari perhitungan %CVL, sebelum dan sesudah aktivitas dari masing” sampel didapatkan rata-rata sebelum aktivitas sebesar 5.77% dan sesudah aktivitas sebesar -10.76%, maka dengan mengabaikan tanda negatif dapat disimpulkan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas tidak terjadi kelelahan.
4.    Dari perhitungan standar deviasi yang menunjukkan angka relatif kecil, menunjukkan data sampel pengukuran denyut jantung menunjukkan persebaran yang baik pada data sebelum melakukan aktivitas maupun setelah melakukan aktivitas.
5.    Dari perhitungan persentil ke-5, sebagai batas bawah data sampel, sedangkan persentil ke-95 sebagai batas atas data, maka berdasarkan hasil kedua persentil, semua data sampel berada di antara batas atas dan batas bawah, artinya penyebaran data cukup baik.

Baca juga: Metode RWL, REBA dan RULA | PRAKTIKUM ERGONOMI
                  Perbedaan Flow Shop, Job Shop dan Proyek. Pengertian & Karakteristik




Post a Comment

1 Comments

Admin said…
Lengkap sekali infonya tentang Faal kerja, thanks sudah berbagi.