JENIS BIAYA & METODE MENETAPAN HARGA

JENIS BIAYA PERUSAHAAN

Ada 3 jenis kelompok biaya yang sudah diklasifikasikan berdasarkan pergerakan dan besarannya. Jenis-jenis biaya terbagi 3 kelompok yaitu : 
  1. Biaya tetap (fixed cost/overhead)
    Biaya yang tidak bervariasi/berubah seiring dengan pemakaiannya. (Sewa, gaji tiap bulan) 
  2. Biaya berubah (variable cost)
    Biaya yang berubah sesuai dengan tingkat produksi. (Dalam membuat satu unit computer, biayanya berbeda dengan sejumlah unit computer. Biasanya chip, kabel, plastic, kemasan,dan lain sebagainya) 
  3. Biaya Total (total cost)
    Jumlah dari biaya tetap dan biaya variable untuk tingkat produksi yang dihasilkan.
Untuk menetapkan harga yang baik, manajemen memerlukan pengetahuan tentang bagaimana biaya bervariasi pada beragam tingkat produksi yang berbeda. Selain untuk mencari tingkat produksi yang cocok dan menguntungkan, hal ini berguna untuk menghadapi perubahan yang mungkin muncul pada pasar maupun perusahaan sendiri. 
Biaya pada tingkat produksi yang berbeda, perusahaan dalam menetapkan harga maka manajemen perlu mengetahui bagaiamana biaya bervariasi pada tingkat produksi. Biaya sebagai fungsi dari pengalaman berproduksi, misalnya sebuah perusahaan menjalankan suatu pabrik memproduksi 1000 kalkulator per hari, dan setelah perusahaan tersebut pengalaman dalam memproduksi kalkulator, perusahaan belajar untuk melalukan dengan baik.

Pekerja mempelajari cara yang lebih singkat dan menjadi lebih terbiasa dengan peralatan mereka, dan dengan berlatih pekerjaan menjadi lebih teratur dan perusahaan menemukan peralatan srta proses kerja yang lebih mudah, efisien dan efektif. Perusahaan menjadi lebih efisien dan mendapatkan skala ekonomi yang lebih baik. Hasilnya biaya rata-rata cenderung turun dengan bertambahnya pengalaman berproduksi. Adapun kurva pengalaman (kurva pembelajaran) merupakan penurunan dalam biaya rata-rata per unit yang dihasilkan karena bertambahnya pengalaman produksi.  
Biaya Per Unit Pada Tingkat Produksi yang Berbeda Per-Periode
Biaya Per Unit Pada Tingkat Produksi yang Berbeda Per-Periode
Dalam menentukan biaya tentu saja perusahaan perlu berproduksi terlebih dahulu. Dari pengalaman panjang selama berproduksi, meskipun terkesan tidak rasional, perusahaan akan memiliki intuisi untuk dapat menetapkan harga ideal dari pertimbangan biaya yang terjadi selama berproduksi. Terdapat kurva pengalaman yang menggambarkan penurunan biaya berproduksi karena pengalaman dalam produksi.

Baca juga: DEFINISI HARGA DAN PENTINGNYA PENETAPAN HARGA

Biaya Per Unit dari Fungsi Akumulasi Produksi : Kurva Pengalaman
Biaya Per Unit dari Fungsi Akumulasi Produksi : Kurva Pengalaman

METODE PENETAPAN HARGA

Ada beberapa macam metode penetapan harga yang berorientasi pada biaya, seperti:

1. Metode penetapan harga cost-plus dan mark-up 

Metode penetapan harga yang dipandang paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah dengan menambahkan sejumlah kenaikan (mark-up) pada biaya produk. Metode semacam ini disebut metode penentapan harga mark-up (mark-up pricing) atau cost-plus (cost-plus pricing). Mark-up merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual. Mark-up tersebut ditetapkan dengan maksud untuk menutup biaya overhead (biaya tidak langsung) dan laba bagi perusahaan.  

 Cost-Plus Pricing Method 

Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan (disebut marjin) pada unit tersebut; formulanya dapat dilihat berikut ini  
BIAYA TOTAL + MARJIN + HARGA JUAL

Sebagai contoh : 
Seorang kontraktor bangunan menghitung-hitung bahwa untuk membangun dan menjual lima buah rumah yang sejenis, akan dikeluarkan sejumlah biaya dengan perincian sebagai berikut :

Biaya material                                                                           Rp. 7.500.000,-
Biaya tenaga kerja                                                                     Rp. 2.500.000,-

Biaya lain seperti sewa kantor, penyusutan alat-alat, 
gaji pimpinan, dan sebagainya                                                  Rp. 4.000.000,- 
                                                                                                  ------------------- 
                                                                        Jumlah :             Rp.14.000.000,- 

Apabila ia menghendaki laba sebesar 10% dari biaya total , maka : 
Harga total            = biaya total + laba 
                              = Rp. 14.000.000,- + (10% x Rp. 14.000.000,-) 
                              = Rp. 15.400.000,-.

Dengan demikian masing-masing rumah akan dijual seharga Rp. 3.800.000,- (dari Rp.15.400.000, 5 rumah) dengan laba sebesar Rp. 280.000,- (dari Rp.1.400.000, 5 rumah). 

Jika rumah-rumah tersebut tidak semuanya laku, maka ada kemungkinan laba akan turun, atau bahkan menderita kerugian. Namun perlu diketahui bahwa pada umumnya kontraktor baru melaksanakan pembangunan setelah memperoleh pesanan atau kontrak, jadi barang yang dibuat sebenarnya sudah terjual pada saat kontrak pesanan disetujui. 

 Mark – Up Pricing Method 

Variasi lain dari metode cos-plus adalah mark-up pricing method yang banyak dipakai oleh para pedagang. Pedagang yang membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up 
HARGA BELI + MARK UP = HARGA JUAL 
Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan bisa diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploatasiyang juga diambilkan dari sebagian mark-up
Setelah kita mengetahui kedua metode tersebut, perlu pula kita mengetahui beberapa istilah biaya yang ada kaitannya. Beberapa istilah biaya itu antara lain : (a) biaya tetap total, (b) biaya variabel, (c) biaya total, (d) biaya marjinal. 

2. Metode penetapan harga break-even  

Dalam break-even pricing kita dapat mengetahui tentang bagaimana satu-satuan produk itu dijual pada harga tertentu untuk mengembalikan dana yang tertanam dalam produk tersebut. Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya adalah dengan analisa break-even. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break-even bilamana penghasilan (revenue) yang diterima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu. Menurut metode ini, perusahaan akan mendapatkan laba bilamana penjualan yang dicapai berada di atas titik break-even, maka perusahaanakan menderita rugi. 
titik Break Even dapat dihitung dengan formula sbb. : 

                                                              Biaya tetap total 
Titik break-even dan unit =    ----------------------------------------- 
                                                Kontribusi per unit pada overhead 

Kontribusi per unit pada everhead dapat diartikan sebagai kelebihan harga jual per unit di atas biaya variabel rata-rata yang dipakai untuk menutup biaya tetap. Jadi, kontribusi per unit produk pada overhead ini dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut : 
Kontribusi per unit produk pada overhead = Harga jual per unit - Biaya variabel rata-rata 
Dengan sebuah contoh, biaya tetap perusahaan adalah Rp500,- dan biaya variabelnya adalah konstan, yakni Rp 60,- per unit. Jadi biaya total (total cost) untuk satu unit produk adalah Rp 560,- yang diperoleh dari Rp500,- + Rp.60,-. Sekarang, berapakah biaya totalnya jika perusahaan membuat dan menjual sebanyak 5 unit ? 

Biaya total                   = biaya tetap + biaya variabel 
                                    = Rp 500,- + (5 x Rp 60,-) 
                                    = Rp.800,- 

Apabila 5 unit tersebut dijual dengan harga Rp 160,- per unit, maka penghasilan perusahaan (total revenue) yang diterima dari penjualan adalah sebesar 5 X Rp 160,- = Rp 800,-. Dalam hal ini biaya total Rp 800,-) sama besar dengan penghasilannya (Rp800,-). Pada saat inilah perusahaan berada dalam keadaan break-even 

Jika menejemen mempunyai kebijaksanaan lain dimana harga jual per unitnya bukan  Rp.160,- melainkan Rp 200,- maka tentunya menejemen akan memperoleh laba; perhitungannya sebagai berikut : 

 ·         Penjualan = 5 unit  @ Rp 200,-                                                    = Rp 1.000,- 
·          Biaya total : 
-          Biaya variabel  =  5 X Rp 60,-  = Rp 300,- 
-          Biaya tetap       =                       = Rp 500,- 
                                                                ------------- 
                                                                                                                   Rp    800,- 
                                                                                                                ---------------------- 
                                                                                                                 Laba = Rp   200,- 

Atau dengan kata lain, apabila harga jual yang ditetapkan sebesar Rp 200,- per unit, maka supaya menejemen tidak rugi ia harus menjual minimal sebanyak 3,6 unit. Sedangkan kelebihannya yang 1,4 unit (sudah dibulatkan) merupakan keuntungan, dengan perhitungan sebagai berikut : 
* Penjualan                  =  1,4 unit X Rp. 200,-  = Rp. 280,- 
* Biaya variabel          =  1,4 unit X Rp.   60,-  = Rp.    80,- 
                                                                        ---------------- 
                                                            Laba     =  Rp.200,- 

Dalam perhitungan tersebut biaya tetap sudah dibebankan pada yang 3,6 unit, sehingga tidak perlu dihitung lagi. 

Makin tinggi harga yang ditetapkan, akan semakin kecil pula jumlah unit produk yang harus dijual untuk mencapai titik break-even. Sebaliknya, kalau harga yang ditetapkan semakin rendah, maka untuk mencapai titik break-even perusahaan harus menjual satuan produk lebih banyak. Bilamana 5 unit produk tersebut dijual lebih rendah, yakni Rp.120,- per unit, maka perusahaan akan menderita rugi sebesar Rp. 200,-. 

Hal ini disebabkan karena biaya totalnya lebih besar dari penghasilan totalnya dan untuk mencapai titik break-even minimal harus dijual sebanyak 8,3 unit, tidak 5 unit. 





Masalah yang mungkin dianggap paling serius dalam penetapan harga break-even ini adalah masalah kurangnya permintaan. Penentuan harga yang optimal sangat dipengaruhi oleh hubungan antara harga jual eceran dengan jumlah produk X yang akan di beli oleh konsumen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ini antara lain:  
a) faktor saingan;  
b) pengalaman dalam penetapan harga;  
c) kondisi dari produk yang ditawarkan. 





 REFERENSI 
  • Kotler, Philip and Gary Armstrong. Principles Of Marketing. 16 th Edition. 2016. Global Edition. Pearson 
  • Kotler, Philip and Keller K. Lane. Management Marketing. 14 th Edition. 2012.  USA : Pretice Hall 
  • Setiyaningrum, Ari, Jusuf Udaya, dan Efendi. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Plus Tren Terkini. 2015. Penerbit : Andi Yogyakarta 
  • https://www.academia.edu/29203145/Pengembangan_produk_baru_dan_strategi_siklus_hidup_p roduk_Philip_Kotler_and_Gary_Armstrong 
  • https://www.academia.edu/30168897/MAKALAH_MANAJEMEN_PEMASARAN_Bab_10_Pe netapan_Harga_Memahami_dan_Menangkap_Nilai_Pelanggan_ 
  • http://bahanpustakaula.blogspot.co.id/2013/10/metode-dasar-penentuan-harga.html 

Post a Comment

0 Comments