Just In time, DAMPAK IMPLEMENTASI JIT || Materi Teknik Industri


Schonberger dan Ansari (1984) dalam Zenz (1994) mengemukakan dampak dari implementasi sistem JIT pada departemen pembelian terhadap kualitas, yaitu


1.       Ukuran Lot (lot size)
Pembelian dalam ukuran lot yang kecil dengan frekuensi penyerahan yang lebih sering. Dampaknya yaitu deteksi dan koreksi pada kecacatan lebih cepat.
2.       Evaluasi Pemasok
Pemasok dievalusi berdasarkan kemampuan memberikan material dan parts berkualitas tinggi. Dampaknya yaitu pemasok memberikan perhatian penuh pada kualitas material atau part yang diserahkan
3.       Pemilihan Pemasok
Pemasok tunggal dalam lokasi geografis yang berdekatan. Dampaknya yaitu memudahkan kunjungan dan memberikan bantuan teknis kepada pemasok, serta menciptakan pemahaman yang lebih baik dan cepat terhadap kebutuhan kualitas
4.       Spesifikasi material
Spesifikasi penuh hanya pada karakteristik material yang penting. Dampaknya pemasok mempunyai pilihan yang lebih banyak dalam desain produk dan metode manufakturing, yang berarti lebih  memungkinkan untuk mempertahankan spesifikasi.
5.       Ikatan Kontrak
Kontrak yang panjang dengan pemasok yang sama, membangun hubungan kemitraan yang bersifat informal. Dampaknya pemasok dapat menyesuaikan biaya dari komitmen jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan kualitas serta menjadi lebih peduli terhadap kebutuhan pembeli.
6.       Inspeksi Penerimaan
Pemasok bertanggung jawab penuh atas kualitas material, sehingga inspeksi penerimaan dapat dikurangi dan mungkin dapat dihilangkan. Dampaknya yaitu membangun kualitas pada sumber (pemasok) lebih efektif dan efisien.
7.       Kertas Kerja
Sistem formal menjadi berkurang, sehingga mengurangi volume penggunaan kertas. Dampaknya lebih banyak waktu yang tersedia bagi orang-orang di bagian pembelian untuk menyelesaikan masalah-masalah kualitas.

Berikut perbandingan antara praktek pembelian menggunakan sistem JIT yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang dengan praktek pembelian tradisional yang banyak diterapkan oleh perusahaan Amerika Serikat menurut Lee dan Ansari (1985) dalam Adam dan Ebert (1992), yaitu


No
Aktivitas Pembelian
Praktek Pembelian JIT
Praktek Pembelian Tradisional
1
Ukuran lot pembelian (purchase lot size)
Pembelian dalam ukuran lot kecil dengan frequensi penyerahan yang lebih sering
Pembelian dalam ukuran lot besar dengan frekuensi penyerahan yang lebih sedikit/jarang.
2.
Pemilihan Pemasok
Berhubungan dengan pemasok tunggal untuk material atau part tertentu dalam lokasi geografis yang dekat berdasarkan kontrak jangka panjang
Berhubungan dengan banyak pemasok untuk material atau part tertentu berdasarkan kontrak kerja jangka pendek.
3.
Evaluasi Pemasok
Pemasok dievaluasi berdasarkan pada kualitas material, performansi penyerahan, dan harga
Pemasok dievaluasi dengan lebih menekan pada harga material
4.
Inspeksi penerimaan
Penghitungan dan inspeksi kedatangan material dikurangi dan mungkin dihilangkan, dalam hal ini tanggung jawab dialihkan ke pemasok
Pembeli bertanggung jawab untuk menerima, menghitung dan menginspeksi kedatangan material
5.
Negosiasi dan proses kontrak
Tujuan utama adalah untuk mencapai kualitas material melalui kontrak jangka panjang dan harga yang pantas (saling menguntungkan).
Tujuan utama adalah untuk memperoleh material dengan harga yang serendah mungkin (lebih menguntungkan pembeli)
6.
Penentuan Mode Transportasi
Memperhatikan penyerahan tepat waktu, jadwal penyerahan ditentukan oleh pembeli dan memperhatikan ongkos transportasi yang pantas
Lebih menekankan pada ongkos transportasi yang rendah dengan jadwal penyerahan ditentukan oleh pemasok

7.
Spesifikasi Material
Pembeli lebih percaya pada spesifikasi performansi daripada desain material, dan dalam hal ini pemasok disorong untuk menjadi lebih inovatif
Spesifikasi material ditentukan secara ketat oleh pembeli, sehingga pemasok tidak memiliki kebebasan dalam mendesain spesifikasi material, pembeli lebih percaya spesifikasi desain daripada performansi material.
8.
Kertas Kerja
Karena telah membina hubungan baik yang bersifat informal, pesanan pembelian yang berkaitan dengan waktu penyerahan dan kuantitas pesanan dan kuantitas pesanan dapat dilakukan melalui telepon
Membutuhkan pesanan pembelian secara formal dengan menggunakan formulirpesanan pembelian. Perubahan-perubahan pada saat penyerahan membutuhkan perubahan pada formulir pesanan pembelian (purchase orders)
9.
Pengepakan
Menggunakan kontainer berukuran kecil untk menampung kuantitas material sengan spesifikasi yang tepat
Pengepakan reguler untuk setiap jenis material tanpa spesifikasi yang jelas pada isi material.


Beberapa karakteristik implementasi JIT dalam pembelian menurut Schonberger (1982), yaitu:
1.       Kuantitas
a.       Tingkat kuantitas stabil sesuai yang diinginkan
b.      Penyerahan dalam ukuran lot kecil dengan frekuensi lebih sering
c.       Kontrak jangka panjang, misal dengan menggunakan sistem BPO
d.      Lebih sedikit menggunakan kertas
2.       Kualitas
a.       Spesifikasi minimum
b.      Pemasok membantu untuk memenuhi kebutuhan kualitas
c.       Membina hubungan yang erat antara pemasok dan pembeli
d. Pemasok didorong untuk menggunakan pengendalian proses daripada mengandalkan inspeksi
3.       Pemasok
a.    Membina hubungan dengan lebih sedikit pemasok dalam kondisi geografis yang dekat
b.    Aktif menggunakan analisis nilai untuk mendapatkan pemasok yang diinginkan dan bertahan pada harga yang kompetitif
c.       Melakukan pengelompokan pemasok
d.   Pemasok disorong untuk melakukan JIT dalam aktivitas pembelian ke pemasok mereka
4.       Pengiriman
a.    Pengiriman terjadwal dengan menggunakan mode transportasi yang telah dikontrak dalam jangka panjang

Serta manfaat penerapan JIT, yaitu:
1.       Ongkos
a.    Ongkos penyimpanan inventori menjadi rendah
b.   Penurunan ongkos material karena manfaat dari pengalaman belajar jangka panjang dalam menggunakan pemasok yang terbatas
c.    Ongkos skrap menjadi berkurang, karena kecacatan telah dapat dideteksi sejak dini
2.       Kualitas
a.       Deteksi kecacatan lebih cepat, karena frekuensi penyerahan material lebih sering
b.      Tindakan korektif pada kecacatan lebih cepat, karena scrap dari pemasok lebih sering dengan ukuran lot produksi lebih kecil
c.       Kebutuhan untuk inspeksi lebih sedikit, karena pemasok didorong menggunakan pengendalian proses
d.      Kualitas dari material yang dibeli lebih tinggi, karena pemasok bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan kualitas
3.       Desain
a.       Respons terhadap perubahan rekayasa (engineering design) lebih cepat
b.      Menimbulkan ivovsi dalam desain
4.       Efisiensi Administratif
a.       Kebutuhan untuk kontrak lebih sedikit
b.      Lebih sedikit pembatalan yang dilakukan
c.       Ongkos administratif mrnjadi berkurang
d.      Perhitungan material yang diterima lebih mudah
e.      Identifikasi material yang diterima lebih mudah dan cepat
5.       Produktivitas
a.       Pekerjaan ulang (rework) berkurang
b.      Inspeksi material berkurang
c.       Mengurangi keterlambatan produksi
d.  Meningkatkan efisiensi pembelian, pengendalian produksi, pengendalian inventori, dan pekerjaan supervisi




.........................
Gasperz, Vincent. 2005. "Total Quality Manajemen". Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Post a Comment

0 Comments