SUMBER DAN PRINSIP KEKUASAAN

Kekuasaan dapat dipandang dari sisi positif dan negatif, tergantung pada sisi mana seseorang melihat kekuasaan tersebut, baik itu manfaat dari kekuasaan itu sendiri dan bahkan dampak buruk dari sebuah kekuasaan. Konsep kekuasaan dalam praktek kepemimpinan merupakan bagian dari proses pengaruh. Lee (2002) menyebutkan bahwa kekuasaan dapat menginspirasikan dan mengangkat serta meninggikan, karena kekuasaan dapat digunakan untuk membantu manusia mencapai hal-hal yang mengagumkan. Kekuasaan dapat berdampak negatif, bila kekuasaan tersebut disalahgunakan oleh pemimpin sehingga berdampak buruk bagi orang-orang yang dikuasai.

KEKUASAAN
KEKUASAAN
Kekuasaan dibutuhkan pemimpin untuk mensukseskan program dan kebijakan yang hendak ditetapkan hasil dari kesepakatan bersama. Melalui kekuasaan, pemimpin akan menjamin keberhasilan serta keefektivitas pelaksanaan pekerjaannya dan peran kepemimpinannya. Untuk memahami kepemimpinan secara penuh, maka perlu juga memahami kekuasaan (power) dan politik (politic), sebab semua pemimpin berurusan dengan kuasa dan politik. Untuk membuat segala sesuatunya dapat tercapai melalui peran kepemimpinan yang efektif tergantung kepada cara seorang pemimpin menggunakan “kekuasaan” untuk mempengaruhi perilaku dan tindakan orang lain. Sebab, kepemimpinan telah didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard (1991) sebagai proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

Baca juga: Definisi Kepemimpinan

Davis dan Newstrom (1991), menyebutkan bahwa kuasa adalah kemampuan mempengaruhi orang lain dan peristiwa. Kuasa adalah saham pemimpin dalam perdagangan pengaruh, cara pemimpin meluaskan pengaruhnya kepada orang lain. Kuasa diperoleh pemimpin atas dasar kepribadian, aktivitas, dan situasi tempat mereka berfungsi. Politik berkaitan dengan cara pemimpin memperoleh dan menggunakan kuasa. Politik diperlukan untuk membantu pemimpin tetap ’berada di atas angin’, dan mengendalikan kejadian ke arah tujuan yang dinginkan.




PENGERTIAN KEKUASAAN

Definisi kekuasaan menurut para ahli:
Robbins (1994), menerangkan
kekuasaan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi keputusan.

Lee (2002) mengemukakan bahwa
kekuasaan adalah kemampuan kita mempengaruhi satu sama lain. Kekuasaan membentuk landasan pemerintahan, sosiologi, psikologi, sejarah, agama, dan banyak disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana manusia hidup dan bekerjasama, saling mempengaruhi satu sama lain.

Griffin (2004)
mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.

Stoner (1986) menuliskan bahwa
kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi. Mempunyai kekuasaan berarti dapat mengubah perilaku atau sikap orang lain.

Schermerhorn (1997), menyebutkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat segala sesuatu terjadi sesuai de ngan kehendak Anda. Kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain mau melakukan sesuatu yang Anda kehen daki.

Wexley dan Yukl (2005), mengartikan
kekuasaan sebagai kapasitas mempengaruhi perilaku orang lain. 

Jadi pengertian kekuasaan dari seorang pemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi keyakinan dan sikap seseorang, sehingga membuat seseorang tersebut mau melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin. Seseorang yang terpilih atau diangkat sebagai pemimpin, secara langsung kekuasaan tersebut melekat pada pemimpin tersebut. Dan para bawahan atau pengikutnya, secara tidak sadar akan patuh kepada pemimpinnya.

Baca juga: 3 TINGKATAN KEPEMIMPINAN, ETIKA KEPEMIMPINAN





SUMBER KEKUASAAN
Stoner (1986) menuliskan lima sumber atau dasar kekuasaan yang masing-masing dapat terjadi pada setiap tingkatan, yaitu:

a. Kekuasaan Penghargaan/Imbalan (reward power), terjadi bila seseorang (pemberi pengaruh = influencer) memiliki kemampuan untuk memberi imbalan pada orang lain (yang dipengaruhi = influencee). Dalam hal ini, Griffin (2004) menggunakan istilah kekuasaan balas jasa yang berarti kekuasaan untuk memberikan atau menunda balas jasa, seperti peningkatan gaji, bonus, rekomendasi promosi, pujian, pengakuan, dan penugasan kerja yang menarik. Wexley dan Yukl (2005), menambahkan bahwa reward power adalah diperoleh dari pengendalian pemimpin atas konsekuensi-konsekuensi positif terhadap bawahan, seperti: kenaikan upah, promosi, lebih banyak tanggung jawab, penugasan yang menyenangkan, kenaikan status, pengakuan formal seta anggaran yang lebih besar. Robbins dan Coulter (2005), menyebutkan kekuasaan pemberian imbalan adalah kekuasaan untuk memberi manfaat atau imbalan positif dalam bentuk apa saja yang dihargai oleh orang lain.

b. Kekuasaan Paksaan (coercive power),
yang didasarkan pada kemampuan pemberi pengaruh untuk menghukum penerima pengaruh kalau tidak bisa memenuhi permintaan merupakan sisi negatif dari kekuasaan imbalan. Hukuman dapat berupa kehilangan beberapa hak tertentu atau bahkan kehilangan pekerjaan. Lee (2002) beranggapan bahwa kekuasaan dengan paksaan menggunakan asumsi pengendalian dan menggunakan rasa takut sebagai alatnya. Kalau digunakan kekuasaan dengan paksaan, kita melakukannya bukan untuk mempengaruhi orang lain melainkan untuk memaksa mereka agar menurut. Hal tersebut tercapai kepatuhan lewat ancaman, tipu muslihat, atau paksaan fisik, serta apapun yang diperlukan untuk membangkitkan rasa taku dalam diri mereka yang ingin kita kendalikan orang yang memaksa bisa membuat hidup orang lain tidak menyenangkan.

c. Kekuasaan Sah (legitimate power), terjadi bila bawahan atau yang menerima pengaruh mengakui bahwa pemberi pengaruh mempunyai “hak” atau secara sah berhak untuk memberikan pengaruh, dalam batas-batas tertentu. Menambahkan pendapat dari Griffin (2004), kekuasaan sah adalah kekuasan yang diperoleh melalui hierarki organisasi, atau dengan kata lain kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diberikan kepada individu yang memegang jabatan tertentu seperti yang didefinisikan oleh organisasi. Robbins dan Coulter (2005), menyebutkan kekuasaan legitimasi merupakan kekuasaan yang dimiliki seseorang sebagai kedudukannya dalam hirarki organisasi formal.

d. Kekuasaaan Ahli (expert power),
didasarkan pada pendapat atau kepercayaan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian atau pengetahuan yang relevan yang tidak dimiliki oleh penerima pengaruh. Kekuasaan keahlian biasanya diterapkan pada bidang yang terbatas dan khusus. Atau dengan kata lain, kekuasaan ahli adalah kekuasaan pribadi yang didapatkan seseorang berbasis informasi atau keahlian yang dimilikinya. Menambah pendapat dari Wexley dan Yukl (2005), seorang pemimpin dapat mempengaruhi pendapat bawahan jika ia dipandang bawahan memiliki pengetahuan dan keahlian yang luas.

e. Kekuasaan Referensi (referent power), yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu kelompok, didasarkan pada keinginan penerima pengaruh untuk mengidentifikasilkan dirinya dengan, atau meniru pemberi pengaruh. Kekuatan kekuasaan referensi berhubungan langsung dengan faktor-faktor seperti gengsi dan penghormatan penerima pengaruh kepada pemberi pengaruh. Griffin (2004) mendefiniskan kekuasaan referen adalah kekuasaan pribadi yang didapatkan seseorang berbasis persamaan, peniruan, kesetiaan, atau karisma. Wexley dan Yukl (2005), menambahkan bahwa referent power didasarkan atas identifikasi dan ketertarikan. Referent power sebagian ditentukan oleh kepribadian pemimpin dan kapasitasnya memberikan inspirasi bawahan serta memberikan harapan-harapan dan nilai-nilai. Serta ditentukan oleh bagaimana pemimpin memperlakukan bawahan.




Baca juga: Pola Pikir dan Pola Sikap

Selanjutnya Hersey dan Blanchard (1991) yang dalam bukunya menambahkan untuk jenis kuasa informasi serta kuasa koneksi, dan lebih lanjut akan dijelaskan dalam point berikut ini.
a. Kuasa Informasi adalah sumber kuasa yang mempengaruhi orang lain karena mereka membutuhkan informasi atau ingin tetap memperoleh informasi mutakhir. Pemimpin yang memiliki informasi dapat dipandang bernilai oleh orang lain.
b. Kuasa Koneksi adalah pemimpin yang tinggi kuasa koneksinya menimbulkan kepatuhan orang lain karena orang-orang itu ingin mendapatkan rasa senang atau ingin menghindari rasa tidak senang dari koneksi yang digdaya. Pemimpin yang memiliki koneksi dengan orang-orang penting, akan berpengaruh di dalam atau di luar organisasi.

Northouse (2013), menuliskan bahwa di dalam organisasi terdapat dua jenis utama kekuasaan, yaitu:
a. Kekuasaan Posisi adalah kekuasaan yang di dapat seseorang dari posisi tertentu atau peringkat di dalam sistem organisasi resmi. Kekuasaan ini merupakan kapasitas memengaruhi yang dimiliki seorang pemimpin, karena dia memiliki status yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pengikut. Kekuasaan posisi mencakup kekuasaan sah, imbalan, dan memaksa.
b. Kekuasaan Pribadi adalah kapasitas memengaruhi yang dimiliki pemimpin karena di sukai oleh pengikut dan memiliki pengetahuan. Ketika pemimpin bertindak dalam cara yang di anggap penting oleh pengikut, hal itu memberi pemimpin kekuasaan.


Prinsip Kekuasaan
Prinsip Kekuasaan

PRINSIP DASAR KEKUASAAN 

Kekuasaan merupakan suatu hal yang mendukung atau menyukseskan dalam menjalankan fungsi dan peran kepemimpinan dari seorang pemimpin. Kekuasaan harus digunakan dengan sebaik-baiknya dalam melibatkan, mengarahkan dan memberdayakan orang lain untuk mau bekerja sama dengan pemimpin. Seorang pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan sehingga menunjukkan sikap dan perilaku pemimpin yang tidak berkepribadian baik, maka kemungkinan pemimpin tersebut akan menjadi sosok yang tidak akan disenangi dan tidak mendapat kepercayaan yang baik dari para bawahan atau pengikutnya. Lee (2002) menjelaskan bahwa orang-orang terhormat memiliki sepuluh prinsip dasar kekuasaan, yaitu:

a. Persuasi
Dalam hal ini, kita tidak memperlakukan semua orang dengan sama. Orang-orang yang kita hargai merasa beda kalau berada bersama kita. Kita berinvestasi dalam diri mereka, kita perhatikan mereka, kita luangkan waktu bersama mereka, kita mendengarkan mereka, dan mengatakan kepada mereka bahwa kita ingin melakukan sesuatu atau ingin mereka melakukan sesuatu. Persuasi dimulai dari cara berpikir. Sedari awal, diasumsikan bahwa kita takkan harus “membujuk seseorang” untuk melakukan sesuatu. Diasumsikan bahwa kita harus memenangkan mereka. Diasumsikan bahwa kita rela membayar harga demi partisipasi mereka dan keterlibatan mereka. Diasumsika bahwa mereka layak kita yakinkan.

b. Kesabaran
Artinya, bila ingin mengembangkan kehormatan di mata orang-orang di sekeliling kita, maka kita harus bersabar, baik terhadap prosesnya maupun terhadap orangnya.

Baca juga: Jenis dan Keterampilan Kepemimpinan

c. Kelembutan
Kelembutan artinya kita tidak kasar, keras, atau memaksa, terutama ketika berurusan dengan bidang-bidang yang sangat peka atau di mana pihak yang satunya sangat rentan. Dengan kelembutan, maka kita akan menghargai dan melayani semua orang.

d. Mau (bisa diajar)
Dengan kekuasaan yang dimiliki, maka harus bersikap rendah hati dan pengakuan di dalam diri sendiri dan terhadap mereka yang akan mengajari Anda. Pemimpin harus berasumsi bahwa dirinya tidak memiliki semua jawaban, wawasan yang luas, keterampilan yang memadai serta informasi yang akurat sehingga menimbulkan perbedaan pandangan, penilaian, dan pengalaman dari orang lain. Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki pemikiran terbuka untuk mau diajar, ingin belajar dan mendengarkan berbagai pengetahuan atau informasi yang ada dimiliki oleh orang lain.

e. Sikap menerima
Kekuasaan sikap menerima itu besar karena tidak ada maksudmaksud tersembunyi, dan itu dinamakan sikap menerima tanpa syarat. Dengan adanya sikap menerima, terciptalah pengharapan yang memberi keyakinan positif tentang diri sendiri, keyakinan akan potensi yang dimiliki.

f. Kemurahan
Kemurahan artinya peka, peduli dan penuh pertimbangan. Pemimpin bertindak dengan pertimbangan, kesopanan, tatakrama dan kepedulian yang tulus. Yang lain merasakan kemurahan hati pemimpin karena hal itu mewarnai keberadaan kita dan menjadi landasan dari semua interaksi kita.

g. Pengenalan
Pengenalan yang tepat tentang siapa seseorang itu akan memberikan dasar pertimbangan menyangkut niatnya, hasratnya, nilai-nilainya, dan impiannya, ketimbang terfokus pada perbuatannya semata-mata. Dengan pengenalan, akan berusaha mendapat informasi yang tepat tentang orang yang ingin Anda pengaruhi. Pemimpin harus meluangkan waktu melalui interaksi sederhana untuk mengenal orang yang ingin Anda pengaruhi.

h. Disiplin
Disiplin artinya kita akui kesalahan-kesalahan yang diperbuat orang lain, dan kita akui kesalahan-kesalahan itu bukannya untuk menghancurkan mereka, melainkan dengan keyakinan bahwa mereka akan bangkit lagi dengan kuat dan lebih baik daripada sebelumnya. Disiplin yang efektif disini adalah konteks kepedulian sehingga tercipta kekuasaan yang terpusat pada prinsip yang menjadikan kasih, kelembutan, kemurahan dan penerimaan.

i. Konsistensi
Bila ingin memiliki kekuasaan yang muncul ketika orang lain menghormati kita, kita harus beruapaya hidup konsistensi. Konsistensi yang dimaksudkan disini adalah konsistensi pikiran dan perbuatan yang berasal dari seperangkat keyakinan dan nilai-nilai yang merupakan inti keberadaan kita. Yang lain akan menghormati kita, bila kita perlakukan mereka secara konsisten, artinya kita bersikap dari inti karakter kita, tidak berubah-ubah, tidak bersikap situasional atau berubah-ubah dalam penerimaan kita, kesabaran, kasih dan disiplin kita.


j. Integritas
Integritas artinya berkomitmen untuk mencocokkan perkataan, perasaan, pikiran dan perbuatan agar kita hidup sesuai tanpa duplikasi. Semakin besar integritas, maka semakin besar kekuasaan yang dimiliki. Kita perlihatkan sikap dapat dipercaya yang berakar dari karakter, siapa kita sesungguhnya, serta kompetensi apa yang dapat kita perbuat atau kemungkinan besar kita perbuat.

Baca juga: PSIKOLOGI INDUSTRI, Pengertian, Sejarah, Pendekatan, Kajian, Wilayah Aplikasi Psikologi
Daftar pustaka : Tambunan, Toman S. 2015. “Pemimpin dan Kepemimpinan“. Yogyakarta: Graha Ilmu. 



Post a Comment

0 Comments